Laporan Praktikum
Dasar Dasar Ilmu
Tanah
PROFIL
TANAH
Di
susun Oleh :
Oleh :
NAMA :
HERI KURNIAWAN
NIM :
G11115306
KELAS :
DDIT E
KELOMPOK : 13
ASISTEN : NUR ISRA
LABORATORIUM
FISIKA TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan
organik di muka bumi. Tanah terbentuk dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan
yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan
morfologi. Tanah merupakan sistem tiga fase yaitu padat, cair dan gas yang
selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Tanah merupakan media bagi
tumbuhan tingkat tinggi dan tempat hidup bagi hewan dan manusia (Gusli, 2015)
Dalam
rangka penelitian tanah, perlu adanya deskripsi ( penyifatan) profil tanah.dari
pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta disokong oleh hasil analisa
contoh tanah di laboratorium yang diambil dari tiap horizon didalam profil,
maka dapat ditentukan jenis tanah yang ada.Tiap jenis dan tipe tanah mempunyai suatu
ciri yang khas dipandang dari sifat-sifat fisis maupun kimianya. Sehingga pada
bagian ini akan dibahas menyangkut tanah –tanah yang memiliki horizon-horizon
sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetis di dalam tanah (Kusumawati, 2012)
Tanah
terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi yang menghasilkan
lapisan-lapisan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya.
Dalam istilah tanah, lapisan tersebut dinamakan sebagai horizon. Penampakan vertical dari tanah yang
terdiri dari horizon-horizon disebiut profil tanah. Cepat atau lambatnya
pembentukan horizon-horizon tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk
tanah, diantaranya adalah: bahan induk, iklim, organisme hidup, topografi dan
waktu. Kompenen tanah (mineral, organik, air dan udara) tersusun dalam
membentuk tanah, tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis(Gusli, 2015).
Bahan
organik tanah dan kandungan bahan mineral berukuran sangat halus (koloid tanah)
sehingga sangat sangat mempengaruhi sifat kimia tanah. Utamanya pH, kapasitas
tukar karbon (KTK) dan kejenuhan basa.
Sehingga,
dari hal tersebut maka perlu dilakukan
suatu praktikum mengenai pengamatan profil tanah.
1.2
Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya pengamatan profil tanah yaitu
untuk mengetahui susunan lapisan tanah(solum) dan lapisan
bahan induk,karakteristik tanah,
sifat-sifat fisik tanah yang diantaranya adalah tekstur tanah, struktur
tanah, warna serta mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat fisik
tanah.Kegunaan dari pengamatan profil tanah adalah untuk memperlihatkan adanya
perbedaan dari setiap lapisan tanah dan karakteristik setiap lapisan tanah yang
diamati.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Profil Tanah
Profil tanah adalah
penampang melintang (vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum)
dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang
terbentuk akibat proses pembentukan tanah. Profil tanah
merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali
lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan
tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan
atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena adanya rongga-rongga udara (Pasaribu,
2007).
Definisi lain dari profil tanah
yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap
sejajar dengan permukaan kulit bumi. Profil tanah dipelajari dengan mengenali
tanah dengan lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan
horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat
penting tanah yang selanjutnya menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim
Asisten dan Dosen, 2010).
Apabila kita menggali lubang pada
tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang
tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan
lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang
semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan
bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya
berwarna kehitam-hitaman(Kartasapoetra dkk, 1985).
2.2 faktor-faktor
pembentuk profil tanah
2.2.1
Bahan Induk
Bahan yang merupakan asal tanah disebut sebagai bahan
induk. Sedikit tanah yang berkembang secara langsung dari batuan di bawahnya.
Kebanyakan tanah berkembang dari bahan-bahan dari tempat lain (Foth, 2007)
Oleh
karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda
ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh
atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan, komposisi mineral
dari tanah, dan kesuburan kimia tanah. Konsolidasi dan ukuran partikel
bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air(Pairunan,
1985).
2.2.2 Topografi
Topografi
miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum
tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang
tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah(Pairunan,
1985).
2.2.3 Waktu
Pelapukan
dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap
awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada
bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga
membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu
keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama(Pairunan,
1985).
2.2.4 Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca semua energi untuk
membentuk tanah datang dari matahari berupa penghancuran secara radio aktif
yang menghasilkan gaya dan panas. Enegi matahari menyebabka terjadinya
fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan gerakan angin menyebabkan
transfirasi dan evaforasi (keduanya disebut evafotranspirasi). Akibat langsung
dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah yaitu berupa erosi angin dan
secara tidak langsung berupa pemindahan panas. Komponen iklim yang utama adalah
curah hujan dan suhu (Pairunan, 1985).
2.2.5 Organisme Hidup
Fungsi
organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi tanah. Humus akan
menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan
asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut,
cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan
organik dengan mineral.
Lubang-lubang
yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan
kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri,
jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus(Pairunan,
1985).
2.3Sifat-Sifat
Tanah
Menurut Kusumawati (2012), Memperhatikan
sifat-sifat tanah sangatlah penting, terutama apabila tanah itu akan digunakan
sebagai areal tumbuhnya suatu tanaman. Adapun sifat-sifat tanah dibedakan
menjadi :
1.Sifat
Biologi Tanah
Tanah dihuni
oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat
bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang
jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah
yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara.
Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah
(Pasaribu, 2007).
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat
aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah
merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik
dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata
jumlah mikroorganisrne (Pasaribu, 2007).
2.Sifat
Fisika Tanah
Sifat fisika
tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, air, dan zat
terlarut dalam tanah(Susi, 2013).
Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan
fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh
karena tanah bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat sulit
dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi
lempung juga disebut bertekstur berat (Notohadiprawiro, 1998).
3.Sifat Kimia Tanah
Sistem tanah
tersusun oleh tiga fase yaitu padat, cairan, dan gas. Fase padat merupakan
campuran mineral dan bahan organik dan membentuk jaringan kerangka tanah. Fase
cairan yang juga disebut larutan tanah terdiri atas air dan zat-zat terlarut.
Zat terlerut ini kadang berupa garam bebas dan seringkali ion dari garam-garam
tersebut terikat pada lempung, bahan kolodial lainnya/zat organik terlarut.
Fase gas atau udara tanah merupakan campuran dari beberapa gas. Kandungan dan
komposisi udara tanah ditentukan oleh hubungan air tanah tanaman (Notohadiprawiro,
1998).
2.3
Horizon Tanah
Lapisan tanah di tubuh tanah tersebut merupakan hasil
evolusi dan terdapat perbedaan sifat-sifat diantara horizon-horizonnya, baik
itu yang yang terbentuk dari bahan organik, humus, besi, mineral-mineral,
batuan dan lain sebagainya.
Ada enam horizon dan lapisan utama
dalam tanah yang masing-masing diberi symbol dengan satu huruf capital yaitu
(dari atas ke bawah) O, A, E, B, C dan horizon yang berbentuk batuan atau horizon
R (Harjowigeno, 2003).Umumnya hampir semua profil-profilntanah telah memiliki
dua atau lebih horizon-horizon utama. Sifat-sifat tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
1.
O-Didominasi oleh bahan organik
pecahan-pecahan mineral volumenya kecil dan beratnya biasa kurang dari
separuhnya (Foth, 1984).
2.
E -Asam organic dan CO2 yang
diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk meresap ke bawah horizon E atau zona
pencucian (Elevasi). Pencucian mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat
horizon tanah berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
3.
B –Meupakan horizon alluvial, dimana
terakumulasi liat sikilat, besi, aluminium, atau, humus yang umumnya berasal
dari horizon A. Zona akumulasi kadang agak melempung dan berwarna merah atau
coklat karena akibat kandungan hematite dan lionitnya (Pairunan, 1985).
4.
C - Merupakan suatu lapisan yang
sukar dipengaruhi oleh proses-proses pembentukan tanah dan tidak memiliki
sifat-sifat horizon lainnya(Henry D Foth, 1985).
5. R –Batuan
dibawah tanah seperti batuan granit, batuan pasir atau batuan kapur, kesemuanya
termasuk ke dalam “consolidated bedrock”.
Kegunaanlangsungdaripengamatanprofiltanahiniantara
lain untukmengetahui
kedalamanlapisanolahatausolumtanah
yang merupakan indicator potensikedalamanakartanamanuntukberpenetrasi, makindangkalberartimakin
tipis
sistemperakarannyasehinggajikamakinbesarbobotatautinggitanamanakanmakinmudahtanamanuntuktumbang. Kelengkapanataudifferensiasi
horizon padaprofiltanahmerupakanindikatorumurtanahatau proses-proses pembentukan yang
telahdilaluinya, makinlengkapataumakinberdifferensiasi horizon-horizon
tanahberartimakintuaumurtanah,namunkelengkapanataaudifferensiasi horizon
iniakanmakinberkurangataumakinbaurapabilatanahmengalamierosi(Notohadiprawiro,
1998).
III.
KEADAAN UMUM LOKASI
3.1.
Letak Astronomis dan Geografis
Praktikum
dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar, dan titik pengamatan profil berada pada koordinat119º 28’ 788” LS dan 05º 07”658” BT.
3.2 LetakAdministratif
Letak lokasi Teaching Farm yaitu:
- Sebelah
utara
:
Laboratorium Peternakan
-
Sebelah selatan
: Politeknik
Negeri Ujung Pandang
- Sebelah
timur
: Kebun Percobaan Agronomi
- Sebelah
Barat
: Kebun Percobaan Proteks
3.3
Kondisi Lokasi
1.
Iklim
Keadaan iklim di lokasi pengambilan sampel
profil tanah adalah trofis dengan keadaan musim yang sedang kemarau.Waktu pengambilansampeluntuktiaplapisantanah untuk dilakukan pada pagiharimenjelangsiang,pukul 09.30 WITA sampai 12.45 WITA.
2. Topografi
Topografi lokasi pengamatan warna tanah berada
pada ketinggian 10-20 meter diatas permukaan laut dan posisi fisiografisnya
merupakan dataran rendah sampai
bergelombang dan profile sited nya
antara 3-5%.
3. Vegetasi
Keadaan vegetasi pada daerah pengambilan profil tanah itu terdapat vegetasi yang dominan
yaitu pohon pisang. Namun selain itu juga terdapat vegetasi lain,
seperti pohon bambu,pohon kelapa, pohon jati dan beberapa vegatasi liar lainnya(tumpang
sari).
4.
Penggunaan Lahan
Lahandisekitar
tempat pengamatan profil tersebut digunakan sebagai lahan perkebunan dan tambak
ikan, merupakantanah yang telah ditimbundandekatdenganpermukimanpenduduk.Vegetasi
yang ada di daerahituberagam,mulaidaritanamansemusimhinggatanamantahunan. Sistem pengelolaan lahannya masih
tradisional serta sistem pergiliran tanamannya yaitu rotasi.
IV. METODOLOGI
4.1.Tempat dan Waktu
Praktikum
pengamatan profil tanah dilakukan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin pada hari Sabtu, 19 Oktober 2015, pukul 09.00 WITA
sampai selesai, dan dilanjut pada hari Minggu, 20 Oktober 2013, pukul 08.00
WITA sampai selesai untuk pengamatan profil tanah.
4.2.
Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam pengamatan profil tanah adalah, Cangkul, kamera, linggis,lub, Pisau/Cutter, papan, meteran, sekop, ring sampel.Adapun bahan yang digunkan dalam
pengamatan profil tanah, yaitu:kantong plastik, spidol, kertas label, karet gelang/lakban, daftar isian profil (DIP).
4.3.
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pelaksanaan pengamatan profil tanah adalahmenggalitanahdenganukuranpanjang
2 m, lebar 1 m dansebaiknyakedalamnnyahinggamencapailapisanbatuan.
Tetapipadapraktikumdanpengamatanprofiltanah kali ini,
penggaliantanahdilakukanhinggaterlihattiga horizon
ataulapisantanah.Pengambilansampeluntukprofiltanahdapatdilakukandenganduacara,
yaitu:
4.3.1. Pengambilan Sampel Tanah
Terganggu
Prosedur pengambilan sampel tanah
terganggu sebagai berikut:
1. Mengambil tanah dengan sendok
tanah atau pisau
sesuai dengan masing-masinglapisan
yang akan diambil.
2. Masukkan kedalam kantong plastik
gula yang telah diberi label.
3. Menutupkantongplastik yang
berisisampeltanahdenganmenggunakanlakban.
4.3.2.
Pengambilan Sampel Tanah Utuh
Prosedur pengambilan sampel tanah
utuh sebagai berikut:
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil,
kemudian meletakan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah)
pada lapisan tanah tersebut.
2. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam
tanah.
3. Mengangkat ring sampel secara hati-hati,
potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel, kemudian letakkan diatas
papan.
4. Menutup ring sampel dengan plastik.
5. Sampel yang diambil tidak boleh rusak, apabila terjadi
kerusakan seperti retak, maka harus mengambil ulang sampel.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter
Pengamatan
|
Lapisan
|
|
||
I
|
II
|
III
|
||
Kedalaman lapisan (cm) 0 – 25 25-45 45-75
Batasan lapisan Berangsur Berangsur Berangsur
Topografi batasan Berombak Berombak Berombak
Lapisan
Tekstur Liat
Berdebu Lempung debu Lempung debu
Struktur Sedang Kasar Sedang
5.2
Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan dan dibahas
melalui data-data berikut:
a. Kedalaman lapisan
Lapisan I memiliki kedalaman 0-25
cm, lapisan II 25-45 cm, dan lapisan III 45-75 cm. perbedaan lapisan ini merupakan
salah satu sifat fisik tanah yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon.
Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat
terlihat jelas atau baur. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1983) yang
menyatakan bahwa dalam pengamatan tanah dilapangan kemungkinan kita akan
menjumpai adanya masing-masing kedalaman tanah yang disebabkan perbedaan
horizon-horizon.
b. Batas-batas lapisan
Lapisan I hingga lapisan III
memiliki beberapa batasan lapisan yang berangsur. Hal ini sesuia dengan
pendapat Hardjowigeno (2007) bahwa dalam pengamatan tanah di lapangan ketajaman
peralihan horizon dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu nyata, jelas berangsur
dan baur.
Lapisan I tergolong berangsur. Topografi lapisannya termasuk berombak karena
terjadinya suatu pelapukan, entah itu pelapukan secara fisik ataupun secara
biologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (2007) bahwa bentuk
topografi dari suatu tanah dipengaruhi oleh waktu pelapukan baik secara fisik,
kimia, maupun biologi. Lapisan II berangsur disebabkan karena adanya perbedaan
kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam proses pencucian. Tekstur dari lapisan
ini yaitu lempung berdebu dengan strukturnya yang sedang. Pairunan dkk (1985)
mengatakan bahwa struktur granular adalah struktur tanah yang sangat ideal
untuk pertanian lahan kering karena struktur ini diperoleh dengan keadaan
aerasi baik, kemampuan menyimpan air yang tersedia bagi tanaman yang besar,
kegemburan tanah memudahkan pengolahan dan pertumbuhan akar yang optimum, serta
drainase yang baik. Lapisan III memiliki tekstur lempung berdebu dikatakan
demikian karena pada saat pengambilan profilnya strukturnya halus. Disamping
itu, lapisan ini juga memiliki konsistensi yang tidak plastis yang dimana dari
tiap lapisan tanah memiliki tingkat konsistensi yeng berbeda. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan daya lekatnya. Luckman dan Brady (1982)
mengatakan bahwa daya lekat tanah bertambah besar dengan besarnya kandungan
liat. Pada lapisan ini juga tidak ada karatan.
c. Topografi batas lapisan
Topografi batas lapisan I hingga
lapisan III memiliki topografi yang berombak. Adanya batasan dan topografi
lapisan-lapisan ini sesuai dengan pendapat Kartasaputra dan Mulyani (1987) yang
menyatakan bahwa lapisan-lapisan yang terbentuk pada profil dapat dikatakan
tidak selamanya tegas dan nyata tetapi kerap kali batasannya agak kabur atau
berombak.
d. Warna (Munsell)
Warna pada lapisan I hingga lapisan III warna
lapisannya hampir memiliki warna yang sama yaitu 10 YR 3/4, 10 YR 4/6,
10 YR 4/4. Dengan warna yang hampir sama yakni coklat kemerahan.
e. Tekstur
Tekstur pada lapisan I liat berdebu,
Lapisan II ialah liat berpasir, dan lapisan III ialah liat berdebu. Penentuan
tekstur tanah ini didapatkan dari hasil uji feeling di lapangan dengan memijit
tanah yang dibasahi lalu dipili-pilin diantara jari-jari. Sesuai dengan
pendapat Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa di lapangan, tekstur tanah
dapat ditentukan dengan memijit tanah diantara jari-jari, sambil dirasakan halus
dan kasarnya yang dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan liat.
f. Struktur
Dalam praktek di lapangan di peroleh
struktur tanah tiap lapisan agak berbeda. Pada lapisan I struktur tanah kasar
sedangkan lapisan II kasar dan lapisan III sedang Menurut Hardjowigeno (1987)
gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang
berbeda-beda.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
kesimpulan.
Lapisan I mempunyai kedalaman 25 cm,
memilki batasan lapisan berangsur, topografi lapisan berombak, tekstur liat
berdebu, struktur sedang dan konsistensi tidak plastis.Lapisan
II mempunyai kedalaman 20 cm, memilki batasan lapisan berangsur,
topografi lapisan berombak, tekstur lempung berdebu, struktur sedang dan
konsistensi tidak plastis.Lapisan III mempunyai kedalam 30 cm, memilki batasan
lapisan berangsur, topografi lapisan berombak, tekstur lempung berdebu,
struktur sedang dan konsistensi agak plastis.
6.2
Saran
Untuk pengamatan profil selanjutnya, dalam proses
penggalian jika memungkinkan gunakan alat/mesin agar lapisan tanah bisa tampak
dengan jelas atau dengan bantuan banyak orang yang maksimal agar tidak memakan
waktu yang lama dalam proses penggaliannya, sehingga lapisan horizon nantinya
dapat ditemui sampai 4-5 horizon.
DAFTAR
PUSTAKA
Foth, Henry d.
1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.: Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga.Jakarta: PT.
Mediyatama Sarana Perkasa..
Kartasaputra dan Mulyani. 1987. DasarIlmuTanah. Surabaya: Grafindo.
Kusumawati, Fitri. 2012 Mengenal Tanah Pertanian. Lampung:
Universitas lampung.
Luckman
Dan Brady. 1982. IlmuTanah.Jakarta: Indonesia Soil Journal
Notohadiprawiro. 1998 Dasar-dasari lmu Tanah. Malang: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Pairunan,A.1985. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Makassar:
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia
Timur.
Gusli, Siktus. 2015. Proses Pembentuk Tanah. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Susi. 2013. Geo Tanah dan
Profil Tanah. Xu
Sutanto, Racman. 2005. Dasar-dasar
Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.