Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman
SMAAK PROOF
NAMA :
HERI KURNIAWAN
NIM :
G11115306
KELAS : A
KELOMPOK : 16
ASISTEN :
1. FAIZAL ABDI MUSTAMA
2. MUSAWIRA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Padi (beras)
adalah tanaman pangan yang sangat penting dalam kehidupan. Salah satu usaha
dari peningkatan produksi beras adalah introduksi kultivar-kultivar dari
lembaga penelitian padi internasional (IRRI). Walaupun varietas introduksi
tersebut tahan terrhadap hama dan penyakit dan relatif berumur lebih genjah
serta memberi hasil panen yang lebih tinggi, akan tetapi rasa nasinya kurang
disenangi. Pada dasarnya penyebabnya adalah kepulenan yang rendah dibandingkan jenis
varietas kultivar lokal (Suwandi, et al.,2005).
Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan
untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai
dengan kondisi ekosistem, sosial, budaya, serta minat masyarakat. Sejalan dengan
berkembangnya kondisi sosial ekonomi masyarakat, permintaan akan tipe varietas
yang dihasilkan juga berbeda-beda.
Potensi plasma nutfah Indonesia cukup banyak dan beragam terutama
tanaman padi varietas lokal, contohnya varietas Rajalele. Penelitian pemuliaan
tanaman padi varietas Rajalele bertujuan agar diperoleh benih lokal unggul
dengan deskripsi sebagai berikut : rasa enak dan harum, umur pendek, anakan
banyak, potensi produksi tinggi, dan tinggi tanaman kurang dari 100 cm.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyilangkan varietas Rajalele dengan
IR-64, Sintanur, Mentik wangi, dan Pandan wangi. Hasil benih F1 perlu ditanam
sampai F16 mebutuhkan waktu 5-10 tahun untuk memperoleh hasil yang mantap dan
dapat diandalkan. Hasil penelitian berupa benih F16 diuji dilaboratorium untuk
mengetahui deskripsi varietas dan diuji multilokasi untuk mengetahui
karakteristik F16 diberbagai kondisi lahan dan iklim. Hasil temuan padi
varietas baru tersebut perlu dipatenkan sebagai hak kekayaan intelektual (HAKI)
(Subantoro, et al. 2008).
Mutu yang baik dan
rasa nasi yang enak memegang peranan penting dalam perdagangan dan perkembangan
suatu varietas. Banyak varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi,
tahan terhadap penyakit namun tidak populer di kalangan masyarakat petani
karena mutu berasnya kurang baik dan rasa nya tidak sesuai dengan selera
konsumen. Masing-masing varietas atau galur padi mempunyai sifat dan mutu beras
serta rasa nasi yang berbeda (Cush, 2004).
Rasa nasi merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam penyebaran varietas unggul karena nasi adalah ungkapan selera
pribadi yang terg antung pada individu, golongan maupun daerah. Rasa nasi dapat
ditentukan oleh kepulenan, sedangkan kepulenan ditentukan oleh sifat kekerasan
dan kelengketan nasi. Nasi yang tergolong pulen dan enak rasanya berasal dari
beras yang memiliki kadar amilose re ndah hingga sangat rendah. Dalam upaya
peningkatan kualitas hasil varietas yang unggul perlu diperhatikan perbaikan
mutu rasa disamping sifat yang lain. Untuk itu, mekanisme penentuan sifat kadar
amilose harus perlu diketahui kadar yang dikandung oleh nasi tersebut (Yitnoprastowo
et.al., 2004).
Sehingga dari hal
tersebut maka perlu dilaksanakan suatu praktikum mengenai uji smaak proof pada
beberapa varietas padi.
1.2
Tujuan
Dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum untuk mengetahui perbedaan rasa antara beberapa varietas
beras, mengetahui nilai cita rasa pada berbagai jenis
varietas beras, mengetahui varietas yang memiliki kualitas rasa terbaik
dari berbagai macam varietas padi yang
diuji. Melihat kesesuaian Faktor yang mempengaruhi kualitas kualitas padi
Adapun
kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui berbagai macam varietas
padi serta berbagai keunggulan varietas tersebut, dapat membandingkan rasa
antara varietas yang satu dengan yang lainnya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Padi (Oryza sativa L.)
Tanaman padi
adalah sejenis tumbuhan
yang sangat mudah
ditemukan, apalagi kita yang
tinggal di daerah
pedesaan. Hamparan persawahan
dipenuhi dengan tanaman padi.
Sebagian besar menjadikan
padi sebagai sumber
bahan makanan pokok. Padi
merupakan tanaman yang termasuk
genus Orzya L.
yang meliputi kurang lebih 25 spesies di seluruh dunia , tersebar di daerah tropis dan daerah subtropis, seperti Asia,
Afrika, Amerika dan
Australia. Padi yang
ada sekarang dan menjjadi bahan makanan merupakan
persilangan antara Oryza officianalis dan
Oryza sativa F. Spontane (Ina, 2007).
Klasifikasi botani tanaman
padi adalah sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza,
yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu Indica (padi bulu)
yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe
yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di
dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal
dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar,
Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari
International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB
yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB
48 (AAK, 2002).
Akar berfungsi sebagai
penguat atau penunjang tanaman untuk dapat tumbuh tegak menyerap hara dan air
dari dalam tanah. Akar primer atau radikula yang tumbuh sewaktu berkecambah
bersama akar-akar lain yang muncul dari janin dekat bagian buku skutellum
berjumlah 1–7 disebut akar seminal. Akar-akar seminal selanjutnya akan
digantikan oleh akar-akar skunder yang tumbuh dari buku terbawah batang.
Akar-akar ini disebut adventif atau akar-akar buku karena tumbuh dari bagian
tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah
tumbuh sebelumnya (Makarim dan Suhartatik, 2007).
Batang berfungsi sebagai
penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa kimia dan air dalam tanaman, dan
sebagai cadangan makanan (Makarim dan Suhartatik, 2007). Batang terdiri atas
beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Ruas batang
Padi berongga dan bulat.
Umumnya tanaman padi memiliki 4–6 ruas (lebih dari 1 cm) pada saat panen. Pada
intensitas cahaya rendah, penanaman rapat, pemberian Nitrogen tinggi mengakibatkan
pertambahan panjang ruas (Vergara, 2010).
Bunga padi secara
keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang
pada hakikatnya adalah bunga yang terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga lemma,
palae, putik, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma (Nurmala, 2008).
Tiap unit bunga padi pada hakikatnya adalah floret yang hanya terdiri atas satu
bunga. Satu floret berisi satu bunga dan satu bunga terdiri atas satu organ
betina (pistil) dan 6 organ jantan (stamens). Stamen memiliki dua sel kepala
sari yang ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil
terdiri atas satu ovul yang menopang dua stigma melalui bagian stile yang
berbentuk pendek tersebut (Makarim dan Suhartatik, 2007).
2.2
Smaak Proof
Smaak proff adalah salah satu metode pengujian
kualitas beras dengan menguji rasa.Berdasarkan pengujian rasa dapat dibedakan
atas pengujian tekstur dan aroma.Tingginya produktivitas padi tidak menjamin
nilai rasanya. Perbedaan rasa nasi antar varietas terletak pada adanya
perbedaan kadar amilose yang terdapat pada pati dari butir-butir berasnya. Pati
beras tersusun atas rangkaian unit-unit gula (glukosa) yang terdiri dari fraksi
rantai cabang amilopektin, dan rantai lurus amilose pada pati padi tersebut
(Yuliana,2013).
Yang mengatakan bahwa faktor rasa sebagai
penentu kualitas suatu tanaman, misal pada tanaman padi, muncul karena adanya
perbedaan kandungan atau kadar amylose yang terkandung pada pati dalam
butir-butir beras. Sehingga rasa yang didapatkan adalah berbeda untuk tiap
varietas tanaman. Dimana semakin tinggi kandungan atau kadar amylose yang
terkandung, maka akan semakin berkurang keenakan rasanya karena semakin tinggi
kadar amylose yang terkandung, maka struktur nasi yang diperoleh akan semakin
keras dan mempunyai struktur yang berbentuk terpisah-pisah (Yuliana,2013).
Varietas padi yang berbeda-beda akan menentukan
mutu beras yang berbeda pula. Tanaman padi yang dibudidayakan di Indonesia
dibagi dalam dua golongan, yaitu varietas bulu dan varietas cere. Pada umumnya
varietas bulu mempunyai rasa nasi yang enak. Nasi dalam keadaan panas atau
dingin memb erikan tekstur yang lembut dan lunak serta butir-butir nasinya satu
sama lain lengket. Pada varietas cere yang terjadi justru sebaliknya, dimana
nasi yang dihasilkan kurang enak dan butirannya lepas-lepas (Siregar, 2009).
Sebuah varietas yang direkomendasikan untuk
menjadi produk komersial harus telah cukup uji dalam area d imana varietas
tersebut diharapkan bisa tumbuh dan mampu menunjukkan keunggulan atau
setidak-tidaknya dibandingkan dari salah satu atau keduanya yaitu kemampuan
adaptasi dan kualitas butir padi untuk eksis sebagai varietas komersial
(Escuro, 2010).
Tingkat kepulenan nasi akan mempengaruhi rasa
nasi. Dari sekian faktor yang mempengaruhi rasa nasi seperti gelatinitas,gel
konsistensi, pengembangan setelah ditanak dan aroma, kadar amilosa merupakan
faktor yang paling mempengaruhi. Khususnya menjelaskan bahwa karakteristik
tanak dan rasa beras giling dipengaruhi oleh amilosa dan amilopektin dalam
tepung beras. Sifat endosperm mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan amilosa
pada padi dikontrol unggul oleh gen Pemuliaan untuk mendapatkan kultivar unggul
yang memen uhi selera konsumen, memerlukan dukungan yang memadai tentang
pengetahuan pewarisan sifat-sifat tersebut (Wasif, 2001).
Diantara faktor yang mempengaruhi rasa nasi,
kadar amilose merupakan faktor yang terpenting karena rasa nasi lebih banyak
ditentukan oleh kadar amilose daripada sifat fis ik lainnya. Berdasarkan kadar
amilosenya, varietas padi dapat digolongkan menjadi 5 yaitu ketan (0-2 %),
sangat rendah (3-9%), rendah (10-19%), sedang (20-24%) dan tinggi (25-30%).
Preferensi terhadap mutu cita rasa terutama ditentukan oleh tingkat kepule n
an, kemekaran, aroma, warna nasi dan rasa nasi. Walaupun sifat genetik beras
merupakan faktor utama dalam evaluasi mutu cita rasa, tetapi faktor pemasakan
seperti perbandingan antara beras dan air serta lamanya pemasakan juga
mempengaruhi nilai mutu (Soenarjo et al.,
2003).
2.3
Deskripsi Varietas yang Diuji
2.3.1
Inpari Sidenuk
Menurut Dinas
Pertanian (2016) varietas Inpari sidenuk memiliki deskripsi sebagai berikut :
Nomor
seleksi : OBS1703-PSJ
Asal seleksi
:
Diah Suci diradiasi sinar gamma dengan dosis 0,20 kGy
dari 60
Co
Golongan : Cere
Umur tanaman : ±103 hari
Bentuk
tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ±104 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning emas
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar
amilosa :
± 20,6%
Berat 1000
butir : ± 25,9 gram
Rata-rata
hasil : 6,9 ton/ha GKG
Potensi
hasil : 9,1 ton/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng
batang coklat biotipe
1, 2 dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit Agak
tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III Rentan terhadap patotipe IVAgak
rentan terhadap patotipe VIII Rentan terhadap tungroRentan terhadap semua ras
blas Anjuran tanam Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai
ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam didaerah endemik tungro dan
blas
Pemulia :Mugiono,
Hambali, Sutisna, dan Yulidar
Tahun
dilepas : 2011
SK Menteri
Pertanian :
2257/Kpts/SR.120/5/2011
2.3.2
Inpari 7
Menurut Dinas
Pertanian (2016) varietas Inpari 7 memiliki deskripsi sebagai berikut :
Nomor
seleksi : RUTTST96B-15-1-2-2-2-1
Asal seleksi : S3054-2D-12-2/Utri
Merah-2
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-115 hari
Bentuk
tanaman : Tegak
Tinggi
tanaman : ±104 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang (p=7,1 mm;
L=2,2; p/l=3,2)
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar
amilosa : 20,78%
Berat 1000
butir : ±26,6 gram
Rata-rata
hasil : ±6,2
ton/ha GKG
Potensi
hasil : ±8,7
ton/ha GKG
Ketahanan
terhadap Hama : Agak rentan terhadap
hama Wereng Batang Coklat
biotipe 1, 2, dan 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Agak rentan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri ras III dan IV, Agak rentan terhadap
penyakit Hawar Daun Bakteri ras VIII, Rentan terhdap penyakit virus tungro
inokulum no. 073 dan 031, Agak tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013, Anjuran
tanam Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl.
Pemulia : Aan Andang
Daradjat, Nafisah, dan Bambang Suprihatno
Tahun
dilepas : 2009
SK Menteri
Pertanian : 2233/Kpts/SR.120/5/2009
2.3.3
Santana
Menurut Dinas
Pertanian (2016) varietas Santana memiliki deskripsi sebagai berikut :
Kelompok :Padi Sawah
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131
-31//IR19661131-3-1///IR64///IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Putih
Warna Lidah Daun : –
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang ramping
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28 g
Rata – Rata Produksi : 6 t/ha
Potensi Hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Putih
Warna Lidah Daun : –
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang ramping
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28 g
Rata – Rata Produksi : 6 t/ha
Potensi Hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Ketahanan
Terhadap Penyakit, Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV
Anjuran : Cocok
ditanam pada musim hujan dan kemarau
dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan Aan A. Daradjat-
Dilepas Tahun : 2000
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan Aan A. Daradjat-
Dilepas Tahun : 2000
2.3.4
IR64
Menurut
Dinas Pertanian (2016) varietas IR 64 memiliki deskripsi varietas sebagai
berikut :
Nomor
Seleksi : IR18348-36-3-3
Asal Persilangan : IR5657/IR2061
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 115 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 85 cm
Anakan Produktif : 25 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Tidak berwarna
Warna Lidah Daun : –
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Ramping, panjang
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Tahan
Kerebahan : Tahan
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 27%
Bobot 1000 Butir : 24,1 g
Rata – Rata Produksi : 5,0 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan wereng hijau
Asal Persilangan : IR5657/IR2061
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 115 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 85 cm
Anakan Produktif : 25 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Tidak berwarna
Warna Lidah Daun : –
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Ramping, panjang
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Tahan
Kerebahan : Tahan
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 27%
Bobot 1000 Butir : 24,1 g
Rata – Rata Produksi : 5,0 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan wereng hijau
Ketahanan Terhadap Penyakit, Agak tahan bakteri
busuk
hawar daun (Xanthomonas oryzae) – Tahan kerdil rumput
Anjuran : Baik ditanam untuk i sawah
irigasi dataran rendah
di Jawa Timur – Cukup baik untuk padi rawa/pasang
surut
Peneliti
: 5,0
t/ha
Dilepas
Tahun : 1986
2.3.5
Barito
Menurut
Dinas Pertanian (2016) varietas barito memiliki deskripsi sebagai berikut :
Nomor
seleksi : B11742-RS*2-3-MR-5-5-1-Si-1-3
Asal seleksi : BP/360E-MR-79-PN-2/IR71218-38-4-3//BP360E
Asal seleksi : BP/360E-MR-79-PN-2/IR71218-38-4-3//BP360E
MR-79-PN-2
Umur tanaman : ± 107 hari setelah sebar
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 93cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang Ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Agak tahan
Tekstur nasi : Sedang
Berat 1000Butir : 28,6 gram
Kadar Amilosa : ± 23,42 %
Rata-rata hasil : 6,6 t/ha
Potensi hasil : 9,8 t/ha
Ketahanan terhadap : Hama : Tahan terhadap wereng batang coklat
Umur tanaman : ± 107 hari setelah sebar
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 93cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang Ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Agak tahan
Tekstur nasi : Sedang
Berat 1000Butir : 28,6 gram
Kadar Amilosa : ± 23,42 %
Rata-rata hasil : 6,6 t/ha
Potensi hasil : 9,8 t/ha
Ketahanan terhadap : Hama : Tahan terhadap wereng batang coklat
biotipe 1, 2, dan 3.
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe 3, agak tahan patotipe VIII.
Agak tahan
blas ras 033, tahan ras 073, serta
rentan tungro
Anjuran tanam : Cocok untuk ditanam diekosistem tanah dataran
Anjuran tanam : Cocok untuk ditanam diekosistem tanah dataran
rendah
sampai ketinggian 600 mdpl.
2.4
faktor yang Mempengaruhi Kualitas Beras
Faktor-faktor yang menentukan mutu
beras antara lain adalah bentuk, ukuran, dan warna beras serta rendemen. Beras
yang diinginkan dan mempunyai harga tinggi di pasar, berukuran panjang
(6,61-7,50 mm) atau sedang (5,51-6,60 mm), serta mempunyai bentuk lonjong
(slender) atau sedang (medium), dan berwarna bening (transclucent) (1,6).
Rendemen merupakan salah satu factor mutu yang penting. Rendemen dikatakan baik
apabila gabah diperoleh minimum 70% beras giling, tediri dari ± 50% beras kepal
dan 20% beras pecah (3,8). Faktor lain yang harus diperhatikan adalah rasa
nasi. Nasi lunak (pulen) dan wangi sangat disukai sebagian besar masyarakat
Indobnesia (Malian,2005).
Ada empat faktor utama yang
mempengaruhi mutu beras yaitu sifat genetik, lingkungan dan kegiatan prapanen,
perlakuan prapanen, dan perlakuan pascapanen. Sifat genetik beras meliputi
ukuran dan bentuk beras, rendemen giling, penampakan biji, sifat mutu tanak,
dan cita rasa nasi. Aroma beras ditentukan juga oleh sifat genetic. Faktor
lingkungan antara lain adalah kondisi ekosistem suatu wilayah. Rendemen beras
giling dari varietas padi yang sama (IR64) yang ditanam di lahan beririgasi
teknis, berbeda rendemen berasnya dibanding yang ditanam di lahan tadah
hujan, dataran tinggi, lahan pasang surut dan rawa (Malian,2005).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas beras antara lain adalah bentuk, ukuran, dan warna
beras serta rendemen. Beras yang diinginkan dan mempunyai harga tinggi di
pasar, berukuran panjang (6,61-7,50 mm) atau sedang (5,51-6,60 mm), serta
mempunyai bentuk lonjong (slender) atau sedang (medium), dan berwarna bening
(transclucent) (1,6). Rendemen merupakan salah satu faktor mutu yang penting.
Rendemen dikatakan baik apabila gabah diperoleh minimum 70% beras giling,
tediri dari ± 50% beras kepal dan 20% beras pecah (3,8). Faktor lain yang harus
diperhatikan adalah rasa nasi. Nasi lunak (pulen) dan wangi sangat disukai
sebagian besar masyarakat Indobnesia (Widjono, 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pratikum Pemuliaan Tanaman mengenai Smaak proof dilaksanakan
di Laboratorium Ekofisilogi Fakultas Pertanian Universitas Haasanuddin,
Makassaar. Pada hari Jum’at, 7 Oktober 2016 pukul 13.00 WITA
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum Smaak proof adalah alat memasak nasi (Rice Cooker).
Adapun bahan yang digunakan dalam pratikum Smaak proof adalah beras berbagai
varietas (Inpari Sidenuk, Inpari 7, Santana, IR64, dan Barito)
3.3 Metode Praktikum
Metodologi
percobaan pada pratikum Smaak proof adalah
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencuci beras sampai 3 kali pencucian hingga bersih.
3. Memasak nasi menggunakan rice cooker selama ± 30 menit.
4. Mencicipi nasi yang telah masak begitupun nasi kelompok
lain dengan varietas yang berbeda.
5. Memberikan nilai sesuai dengan
cita rasa yang dirasakan.
3.4 Parameter Pengamatan
Adapun
parameter pengamatan dalam praktikum smaak proof yakni dengan mencicipi rasa
dari beberapa jenis varietas padi kemudian menentukan nilai yang sesuai
terhadap jenis nasi yakni sebagai berikut :
1: Sangat enak
2: Enak
3: Sedang
4: Kurang enak
5: Tidak enak
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum Smaak Proff
yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
NAMA
|
VARIETAS
|
||||
|
|
|
|
|
|
HERI KURNIAWAN
|
3
|
2
|
3
|
-
|
-
|
FATU RAHMAH
|
1
|
5
|
3
|
-
|
-
|
SAHRUNI
|
5
|
4
|
4
|
-
|
-
|
AHMAD RIZWALDI
|
4
|
3
|
3
|
-
|
-
|
ALFIAH FAJRIANI
|
4
|
4
|
5
|
-
|
-
|
ST. NUR KHAMARIYAH
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
SRI BULAN HENDRIK
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NUR ANA SARI
|
2
|
5
|
3
|
-
|
-
|
M. TEGAR ILHAM
|
5
|
4
|
3
|
-
|
-
|
NUR HIDAYAH
|
2
|
4
|
3
|
-
|
-
|
TOTAL
|
26
|
31
|
27
|
0
|
0
|
RATA-RATA
|
3,25
|
3,875
|
3,375
|
0
|
0
|
Sumber:
Data Primer Hasil Pengamatan, 2016
Tabel
1. Pengamatan Rasa
Blok
|
Treatment
|
Total
Bi
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
3,25
|
3,87
|
3,37
|
|
|
10,49
|
2
|
|
2,11
|
3,50
|
3,40
|
|
9,01
|
3
|
|
|
2,89
|
3,22
|
2,67
|
8,78
|
4
|
2,10
|
|
|
3,25
|
1,50
|
6,85
|
5
|
4,30
|
2,3
|
|
|
3,00
|
9,60
|
Total
(T1)
|
9,65
|
8,28
|
9,76
|
9,87
|
7,17
|
|
Sumber : Data
primer setelah diolah, 2016
Tabel
2. Hasil Analisis Treatment
No.
|
Total
Treatment (Ti)
|
Bt
|
Qt=T1-(Bt/k)
|
∆t=Qt(k/b)
|
Ti Adjusted
|
1
|
9,65
|
26,94
|
0,67
|
0,40
|
2,81
|
2
|
8,28
|
29,10
|
-1,42
|
-0,85
|
3,61
|
3
|
9,76
|
28,28
|
0,33
|
0,19
|
3,06
|
4
|
9,87
|
24,64
|
1,66
|
0,99
|
2,30
|
5
|
7,17
|
25,23
|
-1,24
|
-0,74
|
3,13
|
Sumber : Data primer
setelah diolah, 2016
Skoring:
1 = Sangat Enak
2 = Enak
3 = Sedang/ Biasa
4 = Kurang Enak
5 = Tidak Enak
|
No.
|
Varietas
Padi
|
Tt
Adjusted
|
1
|
Inpari
Sidenuk
|
2,81
|
2
|
Inpari
7
|
3,61
|
3
|
Cisantana
|
3,06
|
4
|
IR
64
|
2,30
|
5
|
Barito
|
3,13
|
Sumber : Data
primer setelah diolah, 2016
4.2 Pembahasan
Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman ini
dilakukan pengujian dan penilaian terhadap rasa nasi dari beberapa varietas
padi yang cenderung memiliki rasa yang berbeda. Praktikum ini dilakukan untuk
membedakan dan membandingkan antara rasa nasi dari beberapa varietas yang
berbeda. Varietas yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Inpari Sidenuk,
Inpari 7, Cisantana, IR 64, dan Barito.
Dari varietas tersebut didapatkan bahwa yang
memiliki rasa terbaik adalah IR 64, dengan nilai rata rata terendah yakni 2,30.
Dari hasil pengamatan Ti Adjusted varietas IR 64I merupakan varietas beras yang
mempunyai rasa paling enak. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Siregar,
bahwa perbedaan bisa disebabkan keenakan rasa nasi masing-masing orang
tergantung dari selera, kebiasaan sehari-hari, atau lingkungan tempat tinggal
yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. IR 64 merupakan varietas
padi yang pulen unggulan litbang pertanian, sebagaimana dijelaskan bahwa IR 64 dilepas
sebagai varietas unggul di Indonesia pada tahun 1986. Varietas ini digemari
baik oleh petani dan konsumen karena rasa nasi yang enak, umur genjah, dan
hasil yang tinggi. Menurut Hamdan Pane (2010) IRRI berhasil mengembangkan
galur-galur toleran rendaman yang memiliki sifat agronomi unggul dengan
memanfaatkan gen toleran rendaman Sub1. Gen toleran Sub1 diintegrasikan ke
dalam varietas- varietas unggul yang populer di Asia Selatan dan Asia Tenggara
dengan metode silang-balik dan dengan bantuan penanda molekuler (Cush , 2004).
Rasa yang kurang atau paling rendah
rata-ratanya adalah Inpari 7 dengan nilai 3,61, namun apabila dilihat di
masyarakat varietas ini justru memiliki tingkat produksi tinggi, agak tahan
terhadap HDB ras III, agak rentan ras IV dan VIII, agak tahan penyakit virus
tungro varian 013, cocok ditanam pada ekosistem sawah dataran rendah sampai
ketinggian 600 m dpl, dan tekstur nasinya pulen. Padi Inpari 7 ini cocok untuk
dikembangkan atau diperdagangkan, karena beras varietas ini sangat diminati
petani, pedagang beras, dan konsumen. Hal ini disebabkan adanya pengujian oleh
masing masing anggota yang penilaiannya tidak sama seperti penjelasan Siregar
(2008), rasa merupakan faktor yang relatif, maksudnya rasa enak atau tidak enak
bisa berbeda-beda di antara penguji atau praktikan. Hal ini bisa disebabkan
keenakan rasa nasi masing-masing orang tergantung d ari selera, kebiasaan
sehari-hari, atau lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda antara satu orang
dengan lainnya karena pengujian rasa nasi ini bersifat kualitatif berupa
pengujian mutu hasil padi. Kualitas nasi terdiri dari penampilan, aroma, rasa,
kepulenan dan kekerasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nasi
adalah kandungan amilosa dan amilopektin dari beras. Kandungan utama beras
adalah pati dan protein. Pati pada beras terdiri dari amilosa dan amilopektin.
Mutu rasa nasi ditentukan oleh rasio antara amilosa dengan amilopektin
tersebut. Kandungan amilosa mempunyai korelasi negatif terhadap nilai rasa,
tetapi mempunyai nilai korelasi positif terhadap jumlah penyerapan air dan
pengembangan volume nasi selama pemasakan. Kemudian kadar amilopektin mempunyai
korelasi positif terhadap nilai rasa dan mempunyai nilai korelasi negatif
terhadap laju penyerapan airnya. Jadi nasi dikatakan enak jika k adar
amilosanya rendah dan kadar amilopektinnya tinggi. Makin banyak air yang
diserap selama pemasakan, akan mempengaruhi tingkat kepulenan dari nasi
tersebut, makin banyak air yang diserap, maka tingkat kepulenan akan makin
rendah karena nasi menjadi men gembang dan akan kering setelah dingin. Bau atau
aroma dari nasi yang dimakan mempunyai korelasi yang positif terhadap rasa
nasi, semakin harum nasi maka rasanya akan semakin enak. Sedangkan untuk
kekerasan nasi juga memberikan nilai korelasi yang positif terhadap rasa nasi,
konsumen cenderung akan memilih nasi yang tidak keras daripada nasi yang keras
(Wasif, 2001).
Hasil dari percobaan tersebut belum tentu sama
dengan keadaan di lapangan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal diantaranya
pemberian skor yang berbeda-beda dari tiap praktikan karena rasa merupakan hal
yang relatif bagi semua orang. Faktor rasa merupakan faktor yang relatif.
Adanya perbedaan rasa antar varietas mungkin disebabkan oleh variasi fisikal
atau chemical properties pati dalam butir-butir beras pada masing-masing
varietas. Rasa enak suatu varietas beras tersebut sangat relatif dan juga
bersifat subyektif tergantung dari orang yang menilainya (Siregar, 2008). Pada
pengujian bau menurut penguji, perbedaan aroma atau bau nasi dari ke tujuh
varietas tidak cukup mencolok. Aroma beras ditentukan oleh sifat genetik.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini
yakni :
1.
Hasil dari Tt Adjusted dari
masing-masing varietas beras yang diuji yaitu Inpari Sidenuk sebesar 2,81,
Inpari 7 sebesar 3,61, Cisantana sebesar 3,06, IR64 sebesar 2,30, dan Barito
sebesar 3,13.
2. IR
64 merupakan Padi dengan kulitas rasa yang paling enak dan inpari 7 adalah
varietas dengan penilaian yang paling tidak enak.
3. IR
64 sebagai varietas dengan rasa terbaik memenuhi faktor kulitas padi yakni bentuk,
ukuran, dan warna beras serta rendemen berdasarkan dari deskripsi varietas.
5.2 Saran
Adapun
saran dari praktikum smaak proof yakni dalam melakukan pengujian sebaiknya
sampel yang digunakan adalah berbagai varietas
yang jauh berbeda misalnya beras merah, pulut, beras hitam, atau
berbagai varietas endemik dari daerah misalnya Daerah Enrekang atau Toraja agar
perbandingan dapat dilakukan secara maksimal. Sebaiknya ketika pengujian rasa
beberapa jam sebelumnya agar tidak mengkonsumsi makanan yang manis karena akan
membuat rasa nasi menjadi hambar, pengujian antara nasi varietas yang satu
dengan yang lainnya sebaiknya diberi jeda 5-7 menit sehinnga nasi sebelumnya
dapat dirasakan rasa khasnya secara optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK, Liew. 2002. Indonesia Rice Food. Mescure University
Cush, T.R. 2004. Grain Quality of Hybrid Rice. IRRI,
Manila.
Escuro, P.B. 2010.
Recommended varietas and their cultural characteristics. Rice Production
Manual. University Of The Philippines, Manila.
Hamdan
Pane. 2010. IR64 sebagai komoditas pangan
padi menuju Indonesia mandiri pangan. Fakultas pertanian. IPB. Bogor
Ina,
Kesumawati. 2007. Uji Varietas Padi
Terhadap Potensi Produksi Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jurnal Pertanian.
UGM; Jogjakarta.
Makarim, A.
K., & Suhartatik, E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi Indonesia.
Malian, A. H.,
Mardianto, S., & Ariani, M. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi,
konsumsi, dan harga beras serta inflasi bahan makanan. Jurnal Agro Ekonomi,
22(2), 119-146
Soenarjo, E., D. S.
Damardjati dan M. Syam. 2003. Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor.
Siregar, H. 2008. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia.
Sastra Husada, Jakarta.
Subantoro, et al. 2008. Pemuliaan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Varietas Lokal Menjadi Varietas Lokal Yang Unggul. Fakultas Pertanian Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
Suwandi,
et.al. 2005. Penuntun Mata Kuliah Botani. UGM Press. Jogjakarta.
Vergara,
Gerald. 2010. Morfologi Tanaman Pangan
Dan Manfaatnya. Sarma press. Johor Bahru
Wasif,
M.M. 2001. The hydrolisis rates were lower them of those with low amylose rice,
weight gains rats. Agriculture Research 9(3):186-192
Widjono,
kamirta. 2013. Kualitas Pangan Nusantara.
Merbabu press. Bandung.
Yitnoprastowo,
W. T. Danakusuma dan H Sunaryo. 2004. Pola penurunan sifat kandungan amilose
beras pada penelitian persilangan varietas padi. Media Penelitian Sukamandi
IV(15):23-26.
Yuliana, N.,
Pramono, Y. B., & Hintono, A. 2013. Kadar Lemak, Kekenyalan dan Cita Rasa
Nugget Ayam yang disubstitusi dengan Hati Ayam Broiler. Animal Agricultural
Journal, 2(1), 301-308.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar