Selasa, 29 Oktober 2019

Laporan Pemuliaan tanaman Smaak Proof (Universitas hasanuddin)


Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman

SMAAK PROOF
 








NAMA                        : HERI KURNIAWAN
NIM                            : G11115306
KELAS                       : A
KELOMPOK             : 16
ASISTEN                   : 1. FAIZAL ABDI MUSTAMA
2. MUSAWIRA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Padi (beras) adalah tanaman pangan yang sangat penting dalam kehidupan. Salah satu usaha dari peningkatan produksi beras adalah introduksi kultivar-kultivar dari lembaga penelitian padi internasional (IRRI). Walaupun varietas introduksi tersebut tahan terrhadap hama dan penyakit dan relatif berumur lebih genjah serta memberi hasil panen yang lebih tinggi, akan tetapi rasa nasinya kurang disenangi. Pada dasarnya penyebabnya adalah kepulenan yang rendah dibandingkan jenis varietas kultivar lokal (Suwandi, et al.,2005).
Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai dengan kondisi ekosistem, sosial, budaya, serta minat masyarakat. Sejalan dengan berkembangnya kondisi sosial ekonomi masyarakat, permintaan akan tipe varietas yang dihasilkan juga berbeda-beda.  Potensi plasma nutfah Indonesia cukup banyak dan beragam terutama tanaman padi varietas lokal, contohnya varietas Rajalele. Penelitian pemuliaan tanaman padi varietas Rajalele bertujuan agar diperoleh benih lokal unggul dengan deskripsi sebagai berikut : rasa enak dan harum, umur pendek, anakan banyak, potensi produksi tinggi, dan tinggi tanaman kurang dari 100 cm. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyilangkan varietas Rajalele dengan IR-64, Sintanur, Mentik wangi, dan Pandan wangi. Hasil benih F1 perlu ditanam sampai F16 mebutuhkan waktu 5-10 tahun untuk memperoleh hasil yang mantap dan dapat diandalkan. Hasil penelitian berupa benih F16 diuji dilaboratorium untuk mengetahui deskripsi varietas dan diuji multilokasi untuk mengetahui karakteristik F16 diberbagai kondisi lahan dan iklim. Hasil temuan padi varietas baru tersebut perlu dipatenkan sebagai hak kekayaan intelektual (HAKI) (Subantoro, et al. 2008).
Mutu yang baik dan rasa nasi yang enak memegang peranan penting dalam perdagangan dan perkembangan suatu varietas. Banyak varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit namun tidak populer di kalangan masyarakat petani karena mutu berasnya kurang baik dan rasa nya tidak sesuai dengan selera konsumen. Masing-masing varietas atau galur padi mempunyai sifat dan mutu beras serta rasa nasi yang berbeda (Cush, 2004).
Rasa nasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran varietas unggul karena nasi adalah ungkapan selera pribadi yang terg antung pada individu, golongan maupun daerah. Rasa nasi dapat ditentukan oleh kepulenan, sedangkan kepulenan ditentukan oleh sifat kekerasan dan kelengketan nasi. Nasi yang tergolong pulen dan enak rasanya berasal dari beras yang memiliki kadar amilose re ndah hingga sangat rendah. Dalam upaya peningkatan kualitas hasil varietas yang unggul perlu diperhatikan perbaikan mutu rasa disamping sifat yang lain. Untuk itu, mekanisme penentuan sifat kadar amilose harus perlu diketahui kadar yang dikandung oleh nasi tersebut (Yitnoprastowo et.al., 2004).
Sehingga dari hal tersebut maka perlu dilaksanakan suatu praktikum mengenai uji smaak proof pada beberapa varietas padi.
1.2  Tujuan Dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum untuk mengetahui perbedaan rasa antara beberapa varietas beras, mengetahui nilai cita rasa pada berbagai jenis varietas beras, mengetahui varietas yang memiliki kualitas rasa terbaik dari  berbagai macam varietas padi yang diuji. Melihat kesesuaian Faktor yang mempengaruhi kualitas kualitas padi
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui berbagai macam varietas padi serta berbagai keunggulan varietas tersebut, dapat membandingkan rasa antara varietas yang satu dengan yang lainnya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padi (Oryza sativa L.)
Tanaman  padi  adalah  sejenis  tumbuhan  yang  sangat  mudah  ditemukan, apalagi  kita  yang  tinggal  di  daerah  pedesaan.  Hamparan  persawahan  dipenuhi dengan  tanaman  padi.  Sebagian  besar  menjadikan  padi  sebagai  sumber  bahan makanan  pokok.  Padi  merupakan  tanaman  yang termasuk  genus  Orzya  L.  yang meliputi kurang lebih 25 spesies di seluruh dunia , tersebar  di daerah tropis dan daerah subtropis, seperti  Asia,  Afrika,  Amerika  dan  Australia.  Padi  yang  ada  sekarang  dan menjjadi bahan makanan merupakan persilangan antara Oryza officianalis dan Oryza sativa F. Spontane (Ina, 2007).
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi                          : Spermatophyta
Sub divisi                    : Angiospermae
Kelas                           : Monotyledonae
Keluarga                     : Gramineae (Poaceae)
Genus                          : Oryza
Spesies                        : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (AAK, 2002).
Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman untuk dapat tumbuh tegak menyerap hara dan air dari dalam tanah. Akar primer atau radikula yang tumbuh sewaktu berkecambah bersama akar-akar lain yang muncul dari janin dekat bagian buku skutellum berjumlah 1–7 disebut akar seminal. Akar-akar seminal selanjutnya akan digantikan oleh akar-akar skunder yang tumbuh dari buku terbawah batang. Akar-akar ini disebut adventif atau akar-akar buku karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Makarim dan Suhartatik, 2007).
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa kimia dan air dalam tanaman, dan sebagai cadangan makanan (Makarim dan Suhartatik, 2007). Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Ruas batang
Padi berongga dan bulat. Umumnya tanaman padi memiliki 4–6 ruas (lebih dari 1 cm) pada saat panen. Pada intensitas cahaya rendah, penanaman rapat,  pemberian Nitrogen tinggi mengakibatkan pertambahan panjang ruas (Vergara, 2010).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang pada hakikatnya adalah bunga yang terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga lemma, palae, putik, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma (Nurmala, 2008). Tiap unit bunga padi pada hakikatnya adalah floret yang hanya terdiri atas satu bunga. Satu floret berisi satu bunga dan satu bunga terdiri atas satu organ betina (pistil) dan 6 organ jantan (stamens). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang dua stigma melalui bagian stile yang berbentuk pendek tersebut (Makarim dan Suhartatik, 2007).
2.2 Smaak Proof
Smaak proff adalah salah satu metode pengujian kualitas beras dengan menguji rasa.Berdasarkan pengujian rasa dapat dibedakan atas pengujian tekstur dan aroma.Tingginya produktivitas padi tidak menjamin nilai rasanya. Perbedaan rasa nasi antar varietas terletak pada adanya perbedaan kadar amilose yang terdapat pada pati dari butir-butir berasnya. Pati beras tersusun atas rangkaian unit-unit gula (glukosa) yang terdiri dari fraksi rantai cabang amilopektin, dan rantai lurus amilose pada pati padi tersebut (Yuliana,2013).
Yang mengatakan bahwa faktor rasa sebagai penentu kualitas suatu tanaman, misal pada tanaman padi, muncul karena adanya perbedaan kandungan atau kadar amylose yang terkandung pada pati dalam butir-butir beras. Sehingga rasa yang didapatkan adalah berbeda untuk tiap varietas tanaman. Dimana semakin tinggi kandungan atau kadar amylose yang terkandung, maka akan semakin berkurang keenakan rasanya karena semakin tinggi kadar amylose yang terkandung, maka struktur nasi yang diperoleh akan semakin keras dan mempunyai struktur yang berbentuk terpisah-pisah (Yuliana,2013).
Varietas padi yang berbeda-beda akan menentukan mutu beras yang berbeda pula. Tanaman padi yang dibudidayakan di Indonesia dibagi dalam dua golongan, yaitu varietas bulu dan varietas cere. Pada umumnya varietas bulu mempunyai rasa nasi yang enak. Nasi dalam keadaan panas atau dingin memb erikan tekstur yang lembut dan lunak serta butir-butir nasinya satu sama lain lengket. Pada varietas cere yang terjadi justru sebaliknya, dimana nasi yang dihasilkan kurang enak dan butirannya lepas-lepas (Siregar, 2009).
Sebuah varietas yang direkomendasikan untuk menjadi produk komersial harus telah cukup uji dalam area d imana varietas tersebut diharapkan bisa tumbuh dan mampu menunjukkan keunggulan atau setidak-tidaknya dibandingkan dari salah satu atau keduanya yaitu kemampuan adaptasi dan kualitas butir padi untuk eksis sebagai varietas komersial (Escuro, 2010).
Tingkat kepulenan nasi akan mempengaruhi rasa nasi. Dari sekian faktor yang mempengaruhi rasa nasi seperti gelatinitas,gel konsistensi, pengembangan setelah ditanak dan aroma, kadar amilosa merupakan faktor yang paling mempengaruhi. Khususnya menjelaskan bahwa karakteristik tanak dan rasa beras giling dipengaruhi oleh amilosa dan amilopektin dalam tepung beras. Sifat endosperm mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan amilosa pada padi dikontrol unggul oleh gen Pemuliaan untuk mendapatkan kultivar unggul yang memen uhi selera konsumen, memerlukan dukungan yang memadai tentang pengetahuan pewarisan sifat-sifat tersebut (Wasif, 2001).
Diantara faktor yang mempengaruhi rasa nasi, kadar amilose merupakan faktor yang terpenting karena rasa nasi lebih banyak ditentukan oleh kadar amilose daripada sifat fis ik lainnya. Berdasarkan kadar amilosenya, varietas padi dapat digolongkan menjadi 5 yaitu ketan (0-2 %), sangat rendah (3-9%), rendah (10-19%), sedang (20-24%) dan tinggi (25-30%). Preferensi terhadap mutu cita rasa terutama ditentukan oleh tingkat kepule n an, kemekaran, aroma, warna nasi dan rasa nasi. Walaupun sifat genetik beras merupakan faktor utama dalam evaluasi mutu cita rasa, tetapi faktor pemasakan seperti perbandingan antara beras dan air serta lamanya pemasakan juga mempengaruhi nilai mutu (Soenarjo et al., 2003).
2.3 Deskripsi Varietas yang Diuji
2.3.1 Inpari Sidenuk
Menurut Dinas Pertanian (2016) varietas Inpari sidenuk memiliki deskripsi sebagai berikut :
Nomor seleksi             : OBS1703-PSJ
Asal seleksi                 : Diah Suci diradiasi sinar gamma dengan dosis 0,20 kGy
  dari 60   Co
Golongan                    : Cere
Umur tanaman            : ±103 hari
Bentuk tanaman          : Tegak
Tinggi tanaman           : ±104 cm       
Daun bendera              : Tegak
Bentuk gabah              : Ramping
Warna gabah               : Kuning emas
Kerontokan                 : Sedang
Kerebahan                   : Tahan
Tekstur nasi                 : Pulen
Kadar amilosa             : ± 20,6%
Berat 1000 butir          : ± 25,9 gram
Rata-rata hasil             : 6,9 ton/ha GKG
Potensi hasil                : 9,1 ton/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe
    1, 2 dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit Agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III Rentan terhadap patotipe IVAgak rentan terhadap patotipe VIII Rentan terhadap tungroRentan terhadap semua ras blas Anjuran tanam Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam didaerah endemik tungro dan blas
Pemulia                                   :Mugiono, Hambali, Sutisna, dan Yulidar
Tahun dilepas                          : 2011
SK Menteri Pertanian             : 2257/Kpts/SR.120/5/2011
2.3.2 Inpari 7
Menurut Dinas Pertanian (2016) varietas Inpari 7 memiliki deskripsi sebagai berikut :
Nomor seleksi                         : RUTTST96B-15-1-2-2-2-1
Asal seleksi                             : S3054-2D-12-2/Utri Merah-2
Golongan                                : Cere
Umur tanaman                        : 110-115 hari
Bentuk tanaman                      : Tegak
Tinggi tanaman                       : ±104 cm
Daun bendera                          : Tegak
Bentuk gabah                          : Panjang (p=7,1 mm; L=2,2; p/l=3,2)
Warna gabah                           : Kuning bersih
Kerontokan                             : Sedang
Tekstur nasi                             : Pulen
Kadar amilosa                         : 20,78%
Berat 1000 butir                      : ±26,6 gram
Rata-rata hasil                         : ±6,2 ton/ha GKG
Potensi hasil                            : ±8,7 ton/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama      : Agak rentan terhadap hama Wereng Batang Coklat
   biotipe 1, 2, dan 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Agak rentan terhadap penyakit Hawar Daun  Bakteri ras III dan IV, Agak rentan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri ras VIII, Rentan terhdap penyakit virus tungro inokulum no. 073 dan 031, Agak tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013, Anjuran tanam Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian  600 m dpl.
Pemulia                                   : Aan Andang Daradjat, Nafisah, dan Bambang Suprihatno
Tahun dilepas                          : 2009
SK Menteri Pertanian             : 2233/Kpts/SR.120/5/2009
2.3.3 Santana
Menurut Dinas Pertanian (2016) varietas Santana memiliki deskripsi sebagai berikut :
Kelompok                               :Padi Sawah
Nomor Seleksi                         : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan                     : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131
-31//IR19661131-3-1///IR64///IR64
Golongan                                : Cere
Umur Tanaman                       : 116-125 hari
Bentuk Tanaman                     : Tegak
Tinggi Tanaman                      : 107-115 cm
Anakan Produktif                   : 14-17 batang
Warna Kaki                             : Hijau
Warna Batang                         : Hijau
Warna Daun Telinga               : Putih
Warna Lidah Daun                : –
Warna Daun                            : Hijau
Warna Muka Daun                 : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun                             : Tegak
Daun Bendera                         : Tegak
Bentuk Gabah                         : Panjang ramping
Warna Gabah                          : Kuning bersih
Kerontokan                             : Sedang
Kerebahan                               : Sedang
Tekstur Nasi                            : Pulen
Kadar Amilosa                        : 23%
Bobot 1000 Butir                    : 27-28 g
Rata – Rata Produksi              : 6 t/ha
Potensi Hasil                           : 8,5 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama    : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit, Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV
Anjuran                                   : Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau                                                         dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.
Pemulia                                   : Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan Aan                                                     A. Daradjat-
Dilepas Tahun                         : 2000
2.3.4 IR64
            Menurut Dinas Pertanian (2016) varietas IR 64 memiliki deskripsi varietas sebagai berikut :
Nomor Seleksi                         : IR18348-36-3-3
Asal Persilangan                      : IR5657/IR2061
Golongan                                : Cere
Umur Tanaman                       : 115 hari
Bentuk Tanaman                     : Tegak
Tinggi Tanaman                      : 85 cm
Anakan Produktif                   : 25 batang
Warna Kaki                             : Hijau
Warna Batang                         : Hijau
Warna Daun Telinga               : Tidak berwarna
Warna Lidah Daun                 :  
Warna Daun                            : Hijau
Warna Muka Daun                 : Kasar
Posisi Daun                             : Tegak
Daun Bendera                         : Tegak
Bentuk Gabah                         : Ramping, panjang
Warna Gabah                          : Kuning bersih
Kerontokan                             : Tahan
Kerebahan                               : Tahan
Tekstur Nasi                            : Pulen
Kadar Amilosa                        : 27%
Bobot 1000 Butir                    : 24,1 g
Rata – Rata Produksi              : 5,0 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama    : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan wereng hijau
   Ketahanan Terhadap Penyakit, Agak tahan bakteri
busuk hawar daun (Xanthomonas oryzae) – Tahan kerdil rumput
Anjuran                                   : Baik ditanam untuk i sawah irigasi dataran rendah
  di Jawa Timur – Cukup baik untuk padi rawa/pasang surut
Peneliti                                    : 5,0 t/ha
Dilepas Tahun                         : 1986
2.3.5 Barito
            Menurut Dinas Pertanian (2016) varietas barito memiliki deskripsi sebagai berikut :
Nomor seleksi                        : B11742-RS*2-3-MR-5-5-1-Si-1-3
Asal seleksi                             : BP/360E-MR-79-PN-2/IR71218-38-4-3//BP360E
MR-79-PN-2
Umur tanaman                        : ± 107 hari setelah sebar
Bentuk tanaman                      : Tegak
Tinggi tanaman                       : ± 93cm
Daun bendera                          : Tegak
Bentuk gabah                          : Panjang Ramping
Warna gabah                           : Kuning bersih
Kerontokan                             : Sedang
Kerebahan                               : Agak tahan
Tekstur nasi                             : Sedang
Berat 1000Butir                      : 28,6 gram
Kadar Amilosa                        : ± 23,42 %
Rata-rata hasil                         : 6,6 t/ha
Potensi hasil                            : 9,8 t/ha
Ketahanan terhadap                : Hama : Tahan terhadap wereng batang coklat
biotipe 1, 2, dan 3.
                                                   Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe 3, agak tahan patotipe VIII. Agak tahan   
blas ras 033, tahan ras 073, serta rentan tungro
Anjuran tanam                       : Cocok untuk ditanam diekosistem tanah dataran
rendah sampai ketinggian   600 mdpl.
2.4 faktor yang Mempengaruhi Kualitas Beras
Faktor-faktor yang menentukan mutu beras antara lain adalah bentuk, ukuran, dan warna beras serta rendemen. Beras yang diinginkan dan mempunyai harga tinggi di pasar, berukuran panjang (6,61-7,50 mm) atau sedang (5,51-6,60 mm), serta mempunyai bentuk lonjong (slender) atau sedang (medium), dan berwarna bening (transclucent) (1,6). Rendemen merupakan salah satu factor mutu yang penting. Rendemen dikatakan baik apabila gabah diperoleh minimum 70% beras giling, tediri dari ± 50% beras kepal dan 20% beras pecah (3,8). Faktor lain yang harus diperhatikan adalah rasa nasi. Nasi lunak (pulen) dan wangi sangat disukai sebagian besar masyarakat Indobnesia (Malian,2005).
Ada empat faktor utama yang mempengaruhi mutu beras yaitu sifat genetik, lingkungan dan kegiatan prapanen, perlakuan prapanen, dan perlakuan pascapanen. Sifat genetik beras meliputi ukuran dan bentuk beras, rendemen giling, penampakan biji, sifat mutu tanak, dan cita rasa nasi. Aroma beras ditentukan juga oleh sifat genetic. Faktor lingkungan antara lain adalah kondisi ekosistem suatu wilayah. Rendemen beras giling dari varietas padi yang sama (IR64) yang ditanam di lahan beririgasi teknis, berbeda rendemen berasnya dibanding  yang ditanam di lahan tadah hujan, dataran tinggi, lahan pasang surut dan rawa (Malian,2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas beras antara lain adalah bentuk, ukuran, dan warna beras serta rendemen. Beras yang diinginkan dan mempunyai harga tinggi di pasar, berukuran panjang (6,61-7,50 mm) atau sedang (5,51-6,60 mm), serta mempunyai bentuk lonjong (slender) atau sedang (medium), dan berwarna bening (transclucent) (1,6). Rendemen merupakan salah satu faktor mutu yang penting. Rendemen dikatakan baik apabila gabah diperoleh minimum 70% beras giling, tediri dari ± 50% beras kepal dan 20% beras pecah (3,8). Faktor lain yang harus diperhatikan adalah rasa nasi. Nasi lunak (pulen) dan wangi sangat disukai sebagian besar masyarakat Indobnesia (Widjono, 2013).




BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pratikum Pemuliaan Tanaman mengenai Smaak proof dilaksanakan di Laboratorium Ekofisilogi Fakultas Pertanian Universitas Haasanuddin, Makassaar. Pada hari Jum’at, 7 Oktober 2016 pukul 13.00 WITA
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum Smaak proof  adalah alat memasak nasi (Rice Cooker). Adapun bahan yang digunakan dalam pratikum Smaak proof adalah beras berbagai varietas (Inpari Sidenuk, Inpari 7, Santana, IR64, dan Barito)
3.3 Metode Praktikum
Metodologi percobaan pada pratikum Smaak proof adalah
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencuci beras sampai 3 kali pencucian hingga bersih.
3. Memasak nasi menggunakan rice cooker selama ± 30 menit.
4. Mencicipi nasi yang telah masak begitupun nasi kelompok lain dengan varietas yang berbeda.
5. Memberikan nilai sesuai dengan cita rasa yang dirasakan.
3.4 Parameter Pengamatan
            Adapun parameter pengamatan dalam praktikum smaak proof yakni dengan mencicipi rasa dari beberapa jenis varietas padi kemudian menentukan nilai yang sesuai terhadap jenis nasi yakni sebagai berikut :
1: Sangat enak
2: Enak
3: Sedang
4: Kurang enak
5: Tidak enak


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Berdasarkan praktikum Smaak Proff yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
NAMA
VARIETAS





HERI KURNIAWAN
3
2
3
-
-
FATU RAHMAH
1
5
3
-
-
SAHRUNI
5
4
4
-
-
AHMAD RIZWALDI
4
3
3
-
-
ALFIAH FAJRIANI
4
4
5
-
-
ST. NUR KHAMARIYAH
-
-
-
-
-
SRI BULAN HENDRIK
-
-
-
-
-
NUR ANA SARI
2
5
3
-
-
M. TEGAR ILHAM
5
4
3
-
-
NUR HIDAYAH
2
4
3
-
-
TOTAL
26
31
27
0
0
RATA-RATA
3,25
3,875
3,375
0
0
Sumber: Data Primer Hasil Pengamatan, 2016
Tabel 1. Pengamatan Rasa
Blok
Treatment
Total Bi
1
2
3
4
5
1
3,25
3,87
3,37


10,49
2

2,11
3,50
3,40

9,01
3


2,89
3,22
2,67
8,78
4
2,10


3,25
1,50
6,85
5
4,30
2,3


3,00
9,60
Total (T1)
9,65
8,28
9,76
9,87
7,17

Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
Tabel 2. Hasil Analisis Treatment
No.
Total
Treatment (Ti)
Bt
Qt=T1-(Bt/k)
∆t=Qt(k/b)
Ti Adjusted
1
9,65
26,94
0,67
0,40
2,81
2
8,28
29,10
-1,42
-0,85
3,61
3
9,76
28,28
0,33
0,19
3,06
4
9,87
24,64
1,66
0,99
2,30
5
7,17
25,23
-1,24
-0,74
3,13
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016









Skoring:
1 = Sangat Enak
2 = Enak
3 = Sedang/ Biasa
4 = Kurang Enak
5 = Tidak Enak
Tabel 3. Penilaian Rasa pada Setiap Varietas
No.
Varietas Padi
Tt Adjusted
1
Inpari Sidenuk
2,81
2
Inpari 7
3,61
3
Cisantana
3,06
4
IR 64
2,30
5
Barito
3,13
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
4.2    Pembahasan
Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman ini dilakukan pengujian dan penilaian terhadap rasa nasi dari beberapa varietas padi yang cenderung memiliki rasa yang berbeda. Praktikum ini dilakukan untuk membedakan dan membandingkan antara rasa nasi dari beberapa varietas yang berbeda. Varietas yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Inpari Sidenuk, Inpari 7, Cisantana, IR 64, dan Barito.
Dari varietas tersebut didapatkan bahwa yang memiliki rasa terbaik adalah IR 64, dengan nilai rata rata terendah yakni 2,30. Dari hasil pengamatan Ti Adjusted varietas IR 64I merupakan varietas beras yang mempunyai rasa paling enak. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Siregar, bahwa perbedaan bisa disebabkan keenakan rasa nasi masing-masing orang tergantung dari selera, kebiasaan sehari-hari, atau lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. IR 64 merupakan varietas padi yang pulen unggulan litbang pertanian, sebagaimana dijelaskan bahwa IR 64 dilepas sebagai varietas unggul di Indonesia pada tahun 1986. Varietas ini digemari baik oleh petani dan konsumen karena rasa nasi yang enak, umur genjah, dan hasil yang tinggi. Menurut Hamdan Pane (2010) IRRI berhasil mengembangkan galur-galur toleran rendaman yang memiliki sifat agronomi unggul dengan memanfaatkan gen toleran rendaman Sub1. Gen toleran Sub1 diintegrasikan ke dalam varietas- varietas unggul yang populer di Asia Selatan dan Asia Tenggara dengan metode silang-balik dan dengan bantuan penanda molekuler (Cush , 2004).
Rasa yang kurang atau paling rendah rata-ratanya adalah Inpari 7 dengan nilai 3,61, namun apabila dilihat di masyarakat varietas ini justru memiliki tingkat produksi tinggi, agak tahan terhadap HDB ras III, agak rentan ras IV dan VIII, agak tahan penyakit virus tungro varian 013, cocok ditanam pada ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl, dan tekstur nasinya pulen. Padi Inpari 7 ini cocok untuk dikembangkan atau diperdagangkan, karena beras varietas ini sangat diminati petani, pedagang beras, dan konsumen. Hal ini disebabkan adanya pengujian oleh masing masing anggota yang penilaiannya tidak sama seperti penjelasan Siregar (2008), rasa merupakan faktor yang relatif, maksudnya rasa enak atau tidak enak bisa berbeda-beda di antara penguji atau praktikan. Hal ini bisa disebabkan keenakan rasa nasi masing-masing orang tergantung d ari selera, kebiasaan sehari-hari, atau lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya karena pengujian rasa nasi ini bersifat kualitatif berupa pengujian mutu hasil padi. Kualitas nasi terdiri dari penampilan, aroma, rasa, kepulenan dan kekerasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nasi adalah kandungan amilosa dan amilopektin dari beras. Kandungan utama beras adalah pati dan protein. Pati pada beras terdiri dari amilosa dan amilopektin. Mutu rasa nasi ditentukan oleh rasio antara amilosa dengan amilopektin tersebut. Kandungan amilosa mempunyai korelasi negatif terhadap nilai rasa, tetapi mempunyai nilai korelasi positif terhadap jumlah penyerapan air dan pengembangan volume nasi selama pemasakan. Kemudian kadar amilopektin mempunyai korelasi positif terhadap nilai rasa dan mempunyai nilai korelasi negatif terhadap laju penyerapan airnya. Jadi nasi dikatakan enak jika k adar amilosanya rendah dan kadar amilopektinnya tinggi. Makin banyak air yang diserap selama pemasakan, akan mempengaruhi tingkat kepulenan dari nasi tersebut, makin banyak air yang diserap, maka tingkat kepulenan akan makin rendah karena nasi menjadi men gembang dan akan kering setelah dingin. Bau atau aroma dari nasi yang dimakan mempunyai korelasi yang positif terhadap rasa nasi, semakin harum nasi maka rasanya akan semakin enak. Sedangkan untuk kekerasan nasi juga memberikan nilai korelasi yang positif terhadap rasa nasi, konsumen cenderung akan memilih nasi yang tidak keras daripada nasi yang keras (Wasif, 2001).
Hasil dari percobaan tersebut belum tentu sama dengan keadaan di lapangan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal diantaranya pemberian skor yang berbeda-beda dari tiap praktikan karena rasa merupakan hal yang relatif bagi semua orang. Faktor rasa merupakan faktor yang relatif. Adanya perbedaan rasa antar varietas mungkin disebabkan oleh variasi fisikal atau chemical properties pati dalam butir-butir beras pada masing-masing varietas. Rasa enak suatu varietas beras tersebut sangat relatif dan juga bersifat subyektif tergantung dari orang yang menilainya (Siregar, 2008). Pada pengujian bau menurut penguji, perbedaan aroma atau bau nasi dari ke tujuh varietas tidak cukup mencolok. Aroma beras ditentukan oleh sifat genetik.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yakni :
1.      Hasil dari Tt Adjusted dari masing-masing varietas beras yang diuji yaitu Inpari Sidenuk sebesar 2,81, Inpari 7 sebesar 3,61, Cisantana sebesar 3,06, IR64 sebesar 2,30, dan Barito sebesar 3,13.
2.      IR 64 merupakan Padi dengan kulitas rasa yang paling enak dan inpari 7 adalah varietas dengan penilaian yang paling tidak enak.
3.      IR 64 sebagai varietas dengan rasa terbaik memenuhi faktor kulitas padi yakni bentuk, ukuran, dan warna beras serta rendemen berdasarkan dari deskripsi varietas.
5.2 Saran
            Adapun saran dari praktikum smaak proof yakni dalam melakukan pengujian sebaiknya sampel yang digunakan adalah berbagai varietas  yang jauh berbeda misalnya beras merah, pulut, beras hitam, atau berbagai varietas endemik dari daerah misalnya Daerah Enrekang atau Toraja agar perbandingan dapat dilakukan secara maksimal. Sebaiknya ketika pengujian rasa beberapa jam sebelumnya agar tidak mengkonsumsi makanan yang manis karena akan membuat rasa nasi menjadi hambar, pengujian antara nasi varietas yang satu dengan yang lainnya sebaiknya diberi jeda 5-7 menit sehinnga nasi sebelumnya dapat dirasakan rasa khasnya secara optimal.



DAFTAR PUSTAKA
AAK, Liew. 2002. Indonesia Rice Food. Mescure University

Cush, T.R. 2004. Grain Quality of Hybrid Rice. IRRI, Manila.

Escuro, P.B. 2010. Recommended varietas and their cultural characteristics. Rice Production Manual. University Of The Philippines, Manila.

Hamdan Pane. 2010. IR64 sebagai komoditas pangan padi menuju Indonesia mandiri pangan. Fakultas pertanian. IPB. Bogor

Ina, Kesumawati. 2007. Uji Varietas Padi Terhadap Potensi Produksi Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jurnal Pertanian. UGM; Jogjakarta.

Makarim, A. K., & Suhartatik, E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Indonesia.

Malian, A. H., Mardianto, S., & Ariani, M. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi, dan harga beras serta inflasi bahan makanan. Jurnal Agro Ekonomi, 22(2), 119-146

Soenarjo, E., D. S. Damardjati dan M. Syam. 2003. Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Siregar, H. 2008. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Husada, Jakarta.

Subantoro, et al. 2008. Pemuliaan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Varietas Lokal Menjadi Varietas Lokal Yang Unggul.  Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Suwandi, et.al. 2005. Penuntun Mata Kuliah Botani. UGM Press. Jogjakarta.

Vergara, Gerald. 2010. Morfologi Tanaman Pangan Dan Manfaatnya. Sarma press. Johor Bahru

Wasif, M.M. 2001. The hydrolisis rates were lower them of those with low amylose rice, weight gains rats. Agriculture Research 9(3):186-192

Widjono, kamirta. 2013. Kualitas Pangan Nusantara. Merbabu press. Bandung.

Yitnoprastowo, W. T. Danakusuma dan H Sunaryo. 2004. Pola penurunan sifat kandungan amilose beras pada penelitian persilangan varietas padi. Media Penelitian Sukamandi IV(15):23-26.

Yuliana, N., Pramono, Y. B., & Hintono, A. 2013. Kadar Lemak, Kekenyalan dan Cita Rasa Nugget Ayam yang disubstitusi dengan Hati Ayam Broiler. Animal Agricultural Journal, 2(1), 301-308.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heri Kurniawan

Revitalisasi perkebunan kakao Sulawesi Selatan