Selasa, 29 Oktober 2019

Identifikasi alat struktur alat reproduksi tanaman


Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman

IDENTIFIKASI STRUKTUR ALAT REPRODUKSI TANAMAN
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang tidak mempunyai alat gerak aktif. Perlu adanya alat bantu dalam proses reproduksi untuk menghasilkan keturunan. Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga. Organ reproduksi (benang sari dan putik) terdapat pada bunga.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Morfologi dari suatu bunga dapat menjadi dasar bagi klasifikasi tanaman. Tanaman yang memiliki system kekerabatan dekat umumnya memiliki ciri atau morfologi bunga yang hampir sama.
Pengetahuan tentang morfologi bunga dapat mempermudah kita dalam menentukan metode pemuliaan yang dapat diterapkan serta dapat menentukan jenis penyerbukannya. Proses penting dalam daur hidup suatu tanaman adalah penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan (pollination) merupakan peristiwa melekatnya serbuk sari ke kepala putik. Penyerbukan merupakan tahap awal dari terbentuknya individu atau tanaman baru. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan bantuan angin, air, manusia, serangga atau hewan lainnya dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukannya suatu praktikum mengenai identifikasi struktur alat reproduksi pada tanaman.
1.2  Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui struktur alat reproduksiTtanaman, mengidentifikasi bagian-bagian bunga tanaman, serta mengetahui perbedaan antara bunga dikotil dan monokotil.
Kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui bagian bunga tanaman serta fungsinya baik bunga dari tanaman monokotil maupun tanaman dikotil.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman
2.1.1 Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial ke seluruh pelosok Nusantara (Mulyana, 2007).
Menurut Rukmana dan Mulyana (2007), tingkatan takson dari krisan adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta
Sub Divisi          : Angiospermae
Kelas                  : Dicotyledonae
Bangsa               : Asterales
Suku                  : Asteraceae
Marga                : Chrysanthemum
Spesies               : Chrysanthemum morifolium Ramat
Bunga krisan merupakan bunga majemuk di dalam satu bonggol bunga terdapat bunga cakram yang berbentuk tabung dan bunga tepi yang berbentuk pita. Bunga tabung dapat berkembang dengan warna yang sama atau berbeda dengan bunga pita. Dengan bentuk dan warna bunga krisan yang beranekaragam  memungkinkan banyak pilihan bagi konsumen (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Berdasarkan bentuk bunganya, krisan terdiri dari 8 tipe (Krisantini, 2006)  yakni :
1. Singles / Daisy : mahkota terdiri dari satu atau dua baris bunga pita (ray floret) yang mengelilingi sekelompok bunga tabung (disk floret) di bagian tengah bunga.
2. Spoon : mirip dengan tipe Single namun mahkota sempit pada dasarnya dan melebar pada bagian ujung sehingga mirip sendok.
3. Anemones : mirip dengan tipe Single namun bunga tabung memiliki petal yang lebih panjang dan seperti tube sehingga berbentuk seperti bantal.
4. Spider : mirip dengan tipe Anemone namun petal dari bunga pita dan bunga tabung berbentuk tubular dan panjang.
5. Pompons : sering disebut tipe kancing, karena bunga tabung tidak tampak akibat tertutup bunga pita.
6. Dekoratif : barisan bunga pita paling luar lebih panjang dari barisan dalamnya  sehingga bunga tampak terbuka.
7. Large flowered : untuk bunga yang berukuran diameter lebih dari 4 inci.
8. Fleurette : petal berukuran kecil sekitar 2,5 cm dengan bentuk mirip tipe daisy.
Bunga krisan adalah bunga majemuk yang terdiri atas banyak bunga yang disebut floret Setiap Floret pada bagian dalam mempunyai lima buah petal yang bersatu pada pangkalnya dan membentuk korola. Floret yang terdapat pada bagian luar disebut ray floret. Floret yang terdapat pada bagian dalam disebut disk floret. Setiap Floret terdapat kepala putik yang terdiri atas ovari, bakal biji dan stilus yang menghubungkan ovari dengan stigma. Ray floret pada umumnya hanya mengandung pistil dan tidak mempunyai stamen dan polen, sedangkan disk floret mengandung dua alat reproduktif sehingga mempunyai banyak kemungkinan untuk menghasilkan biji (Cumming, 2004).
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang. Bentuk bunga krisan yang biasanya dipakai sebagai bunga potong, dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Tunggal
Pada setiap tangkai hanya terdapat 1 kuntum bunga, piringan dasar atau mata bunga lebih sempit dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis.
2. Anemone
Bentuk anemone sama dengan bunga tungal, tetapi piringan dasar
bunganya lebar dan tebal.
3. Pompon
Bentuk bunga pompon adalah bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar
kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.
4. Dekoratif
Bentuk bunga dekoratif adalah bunga berbentuk bulat mirip pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.
5. Besar
Bentuk bunga golongan ini adalah pada tangkai terdapat 1 kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. Piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk kedalam atau keluar, pipih, panjang, berbentuk sendok dan lain-lainya (Hasim,2005).
2.1.2 Bunga Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas, L.) merupakan tanaman perdu, berbentuk pohon kecil atau belukar besar, bercabang tidak teratur,  tingginya 2 sampai 5 m, bahkan dapat mencapai 8 sampai 10 m pada kondisi tanah yang subur, serta diperbanyak dengan biji dan setek. Biasanya dari biji yang berkecambah tumbuh lima akar, satu akar tunggang dan empat akar cabang, sedangkan bibit yang berasal dari setek tidak mempunyai akar tunggang. Jarak pagar (Jatropha curcas L) dapat tumbuh dimana saja di lahan berdrainase dan aerasi baik, tetapi untuk berproduksi optimal memerlukan syarat tumbuih tertentu seperti tinggi tempat < 500 m dpl. (dataran rendah), curah hujan < 1.000 mm/tahun,  suhu>200C, tanah berpasir , pH berkisar antara 5,5 sampai 6,5 (Hambali et al., 2006).
Menurut Hambali et al., (2006) klasifikasi dari tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut:
Divisi                 : Spermatophyta
Subdivisi           : Angiospermae
Kelas                  : Dicotyledonae
Ordo                  : Euphorbiales
Famili                 : Euphorbiaceae
Genus                : Jatropha  
Spesies               : Jatropha curcas L.
Jatropha termasuk famili Euphorbiaceae, bergetah warna putih agak keruh, kulit pohonnya licin dan batangnya mempunyai tonjolan-tonjolan bekas daun yang gugur.  Sampai saat ini, genus Jatropha diketahui terdiri dari 170 spesies, namun yang terbaik adalah Jatropha curcas. Dari jumlah ini lima spesies sudah ada di Indones ia, yaitu  J. curcas L. dan J. gossypiifilia yang digunakan sebagai tanaman obat, sedangkan  J. integerrima Jacq, J.multifida dan J. Podagrica Hook digunakan sebagai tanaman hias. J. Curcas L. menarik minat para ilmuwan di dunia karena sifat minyaknya yang dapat digunakan untuk substitusi minyak diesel (solar). Varietas lainnya, diantaranya yaitu : J. curcas (nontoksik), J. curcas xJ. integerrima, J. glandulifera, J. tanjorensis, J. Podagrica (Hasim, 2005)
Bunganya berwarna hijau kekuningan, berkelam in tunggal, berumah satu. Baik bunga jantan maupun bunga betina masing-masing tersusun dalam rangkaian berupa cawan dibagi dalam tiga ruangan, masing-masing terdiri dari satu biji berwarna hitam, bila kering akan retak-retak. Tandan bunga terbentuk secara terminal di setiap cabang dan sangat kompleks. Tanaman berumah satu dan bunganya uniseksual, kadang-kadang ditemukan bunga yang hermaphrodith. Perkawinan dilakukan oleh serangga (ngengat, kupu-kupu) dan bila tidak ada serangga perkawinan h arus dilakukan secara buatan. Tanaman ini menghasilkan biji yang berkhasiat pencahar dan toksik lectin. Tanaman jarak pagar dikembangbiakan dengan biji dan setek batang (Hasim, 2005).
2.2 Struktur Bunga Tanaman Monokotil
Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang secara klasik diajarkan; kelompok yang lain adalah tumbuhan berkeping biji dua atau dikotil. Ciri yang paling khas adalah bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson (sebagai kelas maupun subkelas) dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae ( Anandi B, 2009 ).
     Tumbuhan biji berkeping tunggal (atau monokotil) merupakan salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang secara klasik diajarkan, Ciri tumbuhan monokotil yang paling khas adalah bijinya tunggal karena hanya memiliki satu daun lembaga, berakar serabut, daun berseling, tumbuhan biji berkeping satu, tulang daun sejajar dan berbentuk pita ( Anandi B, 2009 )..
Dari segi anatomi warga Monocotyledoneae mempunyai ciri-ciri; akar mempunyai struktur yang terdiri atas jaringan-jaringan primer saja dengan silinder pusat tergolong aktinostele dan endodermis yang pada penampang lintang jelas dapat dibedakan sel-sel yang menebal dan tidak dapat dilalui air serta zat-zat makanan yang terlarut didalamnya dengan sel-sel yang biasanya berhadapan dengan suatu berkas pembuluh kayu yang dindingnya tidak menebal dan merupakan pintu masuknya air dari bagian luar akar ke dalam berkas-berkas pembuluh pengangkutan (Tjirosoepomo, 2007).
Struktur bunga pada tumbuhan monokotil sebenarnya relatif tergantung dari famili tanaman tersebut berasal, namun pada umumnya tumbuhan monokotil Jumlah kelopak bunga Umumnya adalah kelipatan tiga,  Bunga merupakan organ utama bagi tumbuhan ini, melalui warna, bau, dan bentuknya, bunga dapat memikat serangga, burung, dan mamalia yang berguna sebagai perantara dalam penyerbukan. Bentuk dan susunan bunga bermacam -macam, tetapi memiliki bagian - bagian dasar yang sama, yaitu perhiasan bunga (tajuk bunga) dibedakan antara mahkota dan kelopak, alat perkembangbiakan yang terdiri dari putik dan benang sari. Putik terdiri dari kepala putik, tangkai putik, dan bakal buah yang berisi bakal biji. Benang sari yang terdiri dari tangkai sari dan kepala sari yang terdiri dari dua kotak sari berisi serbuk sari ( Anandi B, 2009 )..
2.3 Struktur Bunga Tanaman Dikotil
Tanaman dikotil umumnya memiliki mahkota anatara dua, empat atau lima.  Tanaman dikotil meliputi terna, semak-semak, perdu maupun pohon yang mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut yaitu,  mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga (berbiji belah ) dan akar serta pucuk lembaga yang tidak mempunyai pelindung yang khusus, akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok ( akar tunggang ) yang bercabang-cabang dan membentuk sistem akar tunggang, Batang berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas dan buku-buku yang tidak jelas, duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang-kadang saja berseling, daun tunggal atau daun majemuk, sering kali sisertai oleh daun-daun penumpun, jarang memiliki pelepah, helaian daun bertulang menyirip atau menjari, pada cabang-cabang kesamping seringkali terdapat 2 daun pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median dikanan kiri cabang tersebut, bunga bersifat di-,tetra-, atau pentramer (Markus, 2009).
2.4 Biologi Bunga Dan Pembungaan Tanaman Monokotil
Tumbuhan monokotil ad yang berupa tumbuhan akuatik (misalnya, enceng gondok), semi akuatik (misalnya, genjer), epifit (misalnya, anggrek), semak berdaging (pisang), terna berkayu yang memanjat, Bunga berbilang tiga dan kelipatannya, kelopak dan mahkota kadang-kadang tidak dapat dibedakan dan merupakan tenda bunga. Bentuk perhiasan bunga yang sama tersebut dapat berbentuk seperti sepal (sepaloid) atau petal (petaloid) saja. Pada beberapa anggota tumbuhan monokotil, bagian perhiasan bunganya tereduksi atau bahkan sampai tidak ada sama sekali. Bunga tumbuhan monokotil pada umumnya mempunyai benang sari sebanyak hanya pada beberapa generasi. Sebaiknya terdapat juga anggota yang benang sarinya tereduksi menjadi tiga atau kurang. Kadang-kadang bahkan berubah menjadi staminodia. (Sunardi. 2007)
Pada dasarnya, anatomi bunga tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil hampir sama. Bagian utama dari bunga adalah mahkota bunga (corolla) yang terdiri atas petal (helai mahkota bunga). Mahkota dan kelopak bunga sering disebut perhiasan bunga dan ukuran mahkota biasanya besar dan berwarna warnii. Mahkota tumbuhan monokotil umumnya 3 atau 6 helai contohnya adalah padi, bunga gandum, bunga jagung, dll. (Vogell, 2011).
2.5 Biologi Bunga Dan Pembungaan Tanaman Dikotil
Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah segolongan tumbuhan berbunga yang memiliiki ciri khas yng sama dengan memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon: dun yang terbentuk pada embrio). Terbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua dan sistem Crouquist mengakui kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas Magnoliopsida. Nama ini dibentuk dengan menggantikan akhiran –aceae dalam nama Magnoliopsida dengan akhiran –opsida. Kelas Magnoliopsida dipakai sebagai nama takson bagi tumbuhan berbunga bukan monokotil. Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicityledoneae (kelas “tumbuhan berdaun lembaga dua” atau “tumbuhan dikotil”) (Teguh, 2010).


BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
      Praktikum Pemuliaan Tanaman mengenai identifikasi strukur alat reproduksi tanaman dilaksanakan di laboratorium fisiologi tumbuhan, departemen agronomo, fakultas pertanian, universitas hasanuddin. Pada hari jum’at tanggal 30 September 2016 Pukul 13.00 sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
      Adapun alat yang digunakan yaitu alat tulis menulis, penggaris, kertas hvs, pewarna, dan penghapus
      Adapun bahan yang digunakan yakni bunga tanaman krisan dan bunga jarak pagar
3.3 Prosedur Kerja
      Adapun prosedur kerja yang dilakukan yakni sebagai berikut :
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Memperhatikan tata letak dan posisi bagian bunga
3.      Menggambar bagian bunga tanaman padaa kertas hvs
4.      Memberi warna pada bagian bunga agar menarik dan menyerupai aslinya
5.      Memberi keterangan pada masing-mmasing bagian bunga


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
         


























Sumber: Data Primer Hasil Pengamatan, 2016
4.2    Pembahasan
Dari hasil praktikum mengenai identifikasi struktur alat reeproduksi tanaman didapatkan hasil bahwa kedua tanaman yang diamati merupakan tanamn dikotil atau tanaman berkeping dua. Bunga krisan masuk kedalam famili Asterales dan bunga jarak pagar meerupakan anggota famili Euphorbiaceae yang dimana terletak pada kelas yang sama yakni kelas dycotiledonae. Dari identifikasi bagian bagian bunga merupakan bunga sempurna dimana terdapat putik sekaligus benang sari pada tanaman yang digunakan untuk bereproduksi secara seksual. Hal ini sesuai dengann pendapat Nagiamanta (2010) tanaman dengan bunga sempurna dapat bereproduksi secara seksual yakni menggunakan alat reproduksi jantan (benang sari) dan alat reproduksi betina yakni putik.
Dikatakan kedua bunga merupakan bunga sempurna karena terdapat alat reproduksi jantan dan betina pada kedua bunga tersebut. Namun selain itu ternyata bunga tersebut juga dapat dikaatakaan bunga lengkap karena mmemiliki bagian bagian bunga seperti putik, benang sari, kelopak dan mmahkkota. Pada bunga krian mmahkota dapaat dilihat dengan warna yang mencolok mmengitari putik dan benang sri di tengahnya, jumlah mmahkota cukup banyak dan bersusun. Pada buga jaraak pagar mahkota terletak dengann jarak yang cukup jarang antar mahkota, di tengah terdapat benang sari yang belum terbuka sepenuhnya, hal ini sesuai pernyataan bahwa Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun pelindung (bract), daun tangkai (bracteola), tangkai daun dan bunga (Stace, 2008).
         



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yakni :
1.    Kedua tanaman merupakaan bunga sempurna dan lengkap karena mmemiliki benang sari, putik, mahkota, dan kelopak pada satu bunga.
2.    Kedua tanaman merupakan tanamn dikotil (berkeping dua) karena terletak padaa kelas yang sama.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yakni: gunakan dua tanaman atau lebih agaar dapaat dibandingkan antara bunga lengkaap dan tidak lengkap, bunga sempurna dan bunga tidak sempurna, serta apakaah ia termasuk tumbuhan dikotil ataupun monokotil. Sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang telah ditentukan digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan dengan sesuai yang diinginkan.Selain itu pengamatan harus lebih cermat yang lebih penting kehati-hatian dalam menggunakan alat-alat praktikum.Laboratorium juga diperhatikan kebersihannya,serta para pratikan harus lebih aktif lagi agar semua preparat dapat diamati.



DAFTAR PUSTAKA
Anandi. B. 2009. Teknik Persilangan Berbagai Varietas Tomat Dan Paprika. Jurnal Botani. Universitas sriwijaya. Palembang
Cumming. Y. V. O. 2007. In Vitro Culture of Higer Plants. Martinus Nijhoff P     ublishers Dordrecht, The Netherlands.

Hambali, et al. 2006. Aplikasi Metode Persilangann Generatif Pada Tanaman Monokotil. Jurnal ilmu pertanian IPB. Bogor.

Hasim, Suardi. 2005. Dasar-Dasar Agronomi Edisi III. Prisma karsa. Bandung.

Krisantini. 2006. Produksi Krisan Pot. Budidaya Bunga dan Tanaman Hias. PS Hortikultura, Departemen AGH , Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Mulyana. 1997. Krisan. Seri bunga potong. Penerbit kanisius, yogyakarta.
Nagiamanta. R. 2010. Identifikasi Reproduksi Berbagai Tanaman Musim Pancaroba. UNS Sebelas Maret

Sunardi, Iswaldi. 2003. Biologi Tanaman. Weminus Press. Surabaya

Stace, C.A. 1980. Taksonomi tumbuhan dan biosistematik. Bogor : IPB Press.
Tjrosoepomo. 2007. Penuntun Mata Kuliah Botani. UGM Press. Jogjakarta.
Vogell. 2011. Nocturne for an uknown pollinator: first description of a night flowering orchid (bulbophylhum nocturnum). Botanical journal for the Linnean society;344-350.

Teguh, G. 2010. Ilmu Dan Teknologi benih.  Buana Harapan. Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heri Kurniawan

Revitalisasi perkebunan kakao Sulawesi Selatan