Kuliah Umum Prof. Dr. Ir. Rady A Gani (mantan Rektor Universitas Hasanuddin) -Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
tentang
kuliah umum yang diselenggarakan Pada hari Kamis, 08 Februari 2018, di Aula Fakultas pertanian, Universitas
Hasanuddin. Kuliah umum tersebut menghadirkan mantan Rektor Universitas
Hasanuddin, Prof. Dr. Ir. Rady A Gani . Prof Radi adalah Mantan Bupati
Kabupaten Wajo ini membahas materi tentang menuas sumber daya insani dalam
usaha agribisnis berkelanjutan. Moderator dalam berlangsungnya kuliah umum ini
dan sekaligus panitia dari bapak Dr Muh Hatta Jamil SP M Si, mengatakan bahwa
kuliah umum ini dihadiri oleh mahasiswa S1 dan S2 fakultas pertanian. Tak hanya
itu, ikut hadir juga dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian.
Untuk
mewujudkan pertanian sebagai sektor andalan dan unggulan, Departemen Pertanian
telah mengarahkan agar pengembangan sistem dan usaha agribisnis harus berpihak
pada pertanian rakyat dan memperhatikan pelaksanaan otonomi daerah, serta
menjamin kelestarian lingkungan agar agribisnis tersebut dapat berjalan secara
berkelanjutan. Akan tetapi, keberlanjutan suatu model usahatani sangat ditentukan
oleh keberhasilan penerapannya, terutama adanya perubahan positif yang secara
langsung dapat dirasakan oleh petani. Untuk model usahatani yang berkaitan
dengan program konservasi lahan dan air baru akan memberikan hasil nyata dalam
jangka panjang. Sementara itu dalam jangka pendek petani secara langsung belum
dapat merasakan manfaatnya, terutama bila dilihat dari peningkatan pendapatan
dan kesejahteraannya.
Tujuan utamanya adalah untuk
mencapai ketahanan pangan nasional, mengurangi kemiskinan dan memperbaiki atau
menjaga lingkungan hidup dari kerusakan yang lebih parah. Dengan sistem ini
produktivitas lahan dapat ditingkatkan, produksi dijaga agar lebih efisien dan
kesejahteraan petani juga meningkat. Di antara pilihan-pilihan strategi pembangunan
ekonomi yang ada, strategi pembangunan yang memenuhi karakteristik di atas
adalah pembangunan agribisnis (Agribusiness Led Development) yakni suatu
strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pembangunan pertanian
(termasuk perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan) dengan pembangunan
industri hulu dan hilir pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait di
dalamnya.
Strategi
pembangunan sistem agribisnis yang bercirikan yakni berbasis pada
pemberdayagunaan keragaman sumberdaya yang ada di setiap daerah (domestic
resources based), akomodatif terhadap keragaman kualitas sumberdaya manusia
yang kita miliki, tidak mengandalkan impor dan pinjaman luar negeri yang besar,
berorientasi ekspor (selain memanfaatkan pasar domestik), diperkirakan mampu memecahkan
sebagian besar permasalahan perekonomian yang ada. Selain itu, strategi
pembangunan sistem agribisnis yang secara bertahap akan bergerak dari
pembangunan yang mengandalkan sumberdaya alam dan SDM belum terampil (factor
driven), kemudian beralih kepada pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh
barang-barang modal dan SDM lebih terampil (capital driven) dan kemudian
beralih kepada pembangunan agribisnis yang digerakkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan SDM terampil (innovation-driven), diyakini mampu mengantarkan
perekonomian Indonesia memiliki daya saing dan bersinergis dalam perekonomian
dunia.
Untuk
memecahkan masalah ekonomi yang begitu kompleks, Indonesia memerlukan penajaman
(focusing) strategi pembangunan ekonomi yang diharapkan mampu memberi solusi
atas persoalan yang ada, tanpa menimbulkan persoalan baru. Oleh karena itu,
strategi yang dipilih hendaknya memiliki karakteristik (attributes) sebagai
berikut:
Pertama, strategi yang dipilih haruslah
memiliki jangkauan kemampuan memecahkan masalah ekonomi yang luas sedemikian
rupa, sehingga sekali strategi yang bersangkutan diimplementasikan, sebagian
besar persoalan ekonomi dapat terselesaikan;
Kedua, strategi yang dipilih untuk
diimplementasikan tidak mengharuskan penggunaan pembiayaan eksternal (pinjaman
luar negeri dan impor) yang terlalu besar, sehingga tidak menambah utang luar
negeri yang telah besar saat ini;
Ketiga, strategi yang dipilih hendaknya
tidak dimulai dari nol, melainkan dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan
sebelumnya, sehingga selain tidak menimbulkan kegamangan di dalam masyarakat,
juga hasil-hasil pembangunan sebelumnya tidak menjadi sia-sia;
Keempat, strategi yang dipilih untuk
diimplementasikan mampu membawa perekonomian Indonesia ke masa depan yang lebih
cerah, di mana Indonesia mampu menjadi saling sinergis (interdepency economy)
dengan perekonomian dunia dan bukan perekon.
Namun
dari segi potensi pasar (demandside), pengembangan sistem agribisnis di
Indonesia juga prospektif dengan alasan-alasan berikut ini.
Pengeluaran
terbesar penduduk dunia adalah untuk barang-barang pangan (makanan, minuman),
sandang (pakaian), papan (bahan bangunan dari kayu, kertas), energi serta
produk farmasi dan kosmetika. Kelima kelompok produk tersebut merupakan
kebutuhan dasar bagi masyarakat dunia. Sebagian besar dari kelompok produk
tersebut dihasilkan dari agribisnis. Bahkan melihat kecenderungan perubahan di
masa depan, agribisnis merupakan satu-satunya harapan untuk menyediakan kelima
kelompok produk tersebut.
Di
bidang pangan, kemampuan negara-negara maju untuk menghasilkan bahan pangan
makin terbatas, baik karena kelangkaan lahan maupun karena kalah bersaing
dengan produkproduk non agribisnis. Hasil penelitian FAO mengungkapkan bahwa
pertumbuhan produksi bahan pangan dunia ke depan akan mengalami penurunan. Pada
periode tahun 1970-1990, pertumbuhan pangan dunia masih mampu mencapai 2,3
persen per tahun, pada periode 1990- 2010 pertumbuhan pangan dunia akan turun
menjadi 1,8 persen per tahun.
Penurunan
produk pangan dunia akan lebih cepat terjadi pada produksi bahan pangan ikan
dan daging sapi. Dari 17 wilayah penangkapan ikan dunia saat ini, hanya tiga
wilayah penangkapan ikan (termasuk perairan Indonesia) yang masih dapat
dieksploitasi (under fishing), sedangkan wilayah lainnya sudah over fishing.
Kemudian, penurunan produksi daging sapi dunia akan terjadi terutama akibat
munculnya penyakit sapi gila, penyakit mulut dan kuku, antraks di daratan Eropa
akhir-akhir ini. Perlu dicatat bahwa hanya lima negara yakni, USA, Australia,
Kanada, Selandia Baru dan Indonesia yang diakui dunia sebagai negara yang bebas
penyakit hewan berbahaya (yang berarti hanya negara tersebut bebas mengekspor
ke negara lain).
Untuk
mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim serta
menghadapi tantangan (Otonomi Daerah, Liberalisasi Perdagangan, perubahan pasar
internasional lainnya) ke depan, pemerintah (Departemen Pertanian beserta
Departemen terkait) sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing (Competitiveness), berkerakyatan (People-Driven),
Berkelanjutan (Sustainable) dan terdesentraliasi (Decentralized).
Berbeda
dengan pembangunan di masa lalu, di mana pembangunan pertanian dengan
pembangunan industri dan jasa berjalan sendiri-sendiri, bahkan cenderung saling
terlepas (decoupling), di masa yang akan datang pemerintah akan
mengembangkannya secara sinergis melalui pembangunan sistem agribisnis yang
mencakup empat subsistem sebagai berikut:
(1)
Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri-industri
yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri
perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia (pupuk,
pestisida, obat, vaksin ternak./ikan), industri alat dan mesin pertanian
(agro-otomotif);
(2)
Sub-sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya
yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan,
usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan);
(3)
Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri
yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri
makanan./minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri
farmasi, industri bio-energi dll; dan
(4)
Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) seperti
perkreditan, transportasi dan 7 pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan
kebijakan ekonomi (lihat Davis and Golberg, 1957; Downey and Steven, 1987;
Saragih, 1998).
Membangun
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan
dan terdesentraslitik merupakan tanggung jawab seluruh stake-holder agribisnis,
sesuai dengan peranan masing-masing. Dunia usaha merupakan pelaku utama dari
pembangunan agribisnis, pemerintah berperan sebagai fasilitator, regulator dan
promotor pembangunan agribisnis, peneliti berperan dalam pengembangan
teknologi, pendidikan berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia. Sedangkan
profesi public relation (Humas=Hubungan Masyarakat) berperan dalam membangun
public good image baik bagi pembangunan agribisnis maupun bagi perusahaan dan
produk agribisnis. Orkestra yang harmonis dari seluruh stake-holder agribisnis
tersebutlah yang menjadi penggerak pembangunan sistem agribisnis.
Dalam
kaitan dengan desentralisasi pembangunan sistem dan usaha agribisnis ini, saat
ini sedang dilakukan pembagian peranan antara pemerintah pusat dan daerah dalam
bidang tugas dan tanggung jawab yang menjadi wewenang pemerintah. Prinsipnya
adalah sebagai berikut. Semaksimal mungkin pembangunan sistem dan usaha
agribisnis haruslah dilaksanakan oleh pelaku agribisnis di setiap daerah. Hanya
bidang-bidang tertentu yakni yang tidak dapat dilakukan oleh pelaku agribisnis
yang menjadi tanggung jawab pemerintah (pusat dan daerah). Hal-hal yang tidak
dapat ditangani pelaku agribisnis pada wilayah Kabupaten/Kodya menjadi tanggung
jawab pemerintah propinsi. Kemudian, hal-hal yang menyangkut kepentingan dua
atau lebih propinsi serta kepentingan nasional menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat. Dengan pembagian peranan antara pelaku agribisnis dengan
peranan pemerintah kabupaten, pemerintah propinsi, dan pemerintah pusat yang
demikian akan terjalin suatu sinergis dan secara konvergen menyumbang pada
terwujudnya satu sistem agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan
berkelanjutan setiap daerah.
konvergen sinergis dg pembiayaan pelaku economi mengarah pd tata niaga distribusi broad cast wilkom pemetaan mengacu pd ritel liberalisasi kemajuan technologi ke pelosok dEsa menjadikan komodity menduniah .....
BalasHapus