Minggu, 10 November 2019

VCO peluang usaha profitabel untuk masyarakat



VCO peluang usaha profitabel untuk masyarakat
Bagi masyarakat Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupan tradisional karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Arti penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan kelapa juga membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil samping yang sangat beragam. Sebagai sumber pendapatan usahatani perkebunan, kelapa berperan sangat besar karena mempunyai kemampuan berproduksi sepanjang tahun dan dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani.
Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi kelapa yang besar, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2017, pada 2016 sekitar 2,89 juta ton dengan luas areal kelapa 3.566.103 ha, sedangkan pada 2015 produksinya mencapai 2.92 juta ton, sementara luas areal nya sekitar 3.585.599 ha.. Hal tersebut membuktikan bahwa peluang pengembangan produk dari buah kelapa sangat potensial dengan tersedianya bahan baku yang cukup melimpah..
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi masih sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembang-kan antara lain virgin coconut oil (VCO), coconut milk/cream (CM/CC), activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut wood (CW) yang diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya 5-10 kali dibandingkan dengan hanya berproduksi secara tradisional seperti kelapa butir dan produk kopra.
Berangkat dari kondisi luasnya potensi pengembangan produk kelapa, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro (pendapatan petani, nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya semakin menuntut dukungan pengembangan industri kelapa. Daya saing produk kelapa pada saat ini tidak lagi tergantung pada produk primer semata seperti kopra, yang selama ini banyak diusahakan secara tradisional. Bahkan terlihat bahwa daya saing ekspor produk primer cenderung semakin menurun sampai biaya produksi lebih tinggi daripada nilai ekspornya. Profil usaha produk-produk akhir kelapa yang mulai berkembang saat ini antara lain nata de coco, serat, arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut. Potensi aneka produk tersebut menunjukkan kelayakan usaha kelapa yang cukup tinggi. Pada saat ini telah berkembang pula virgin coconut oil (VCO) yang merupakan produk makanan suplemen dan juga berfungsi sebagai obat.
VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan. Komponen utama dari VCO sekitar 92 persen adalah asam lemak jenuh, diantaranya asam laurat (48,74%), asam miristat (16,31%), asam kaprilat (10,91%), asam kaprat(8,10%) dan asam kaproat (1,25%).
Kelapa menjadi VCO dalam prospektif untuk peningkatan pendapatan petani kelapa sehingga memberi motivasi dan peluang usaha pengembangan industri rumah tangga. Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) terbuat dari daging kelapa segar yang diproses pada suhu relatif rendah. Daging buah diperas menjadi santan, kemudian diproses lebih lanjut melalui fermentasi, pendinginan, penambahan enzim, tekanan mekanis atau sentrifugasi. Hasilnya berupa minyak kelapa murni yang rasanya lembut dan bau khas kelapa yang unik. Apabila beku warnanya putih murni dan dalam keadaan cair tidak berwarna atau bening.
VCO mempunyai nilai tambah yang besar karena digunakan sebagai bahan baku berbagai produk seperti kosmetik, sabun, makanan dan obat-obatan. Permintaan VCO juga datang dari luar negeri. Kebutuhan Amerika sekitar 1000 ton per tahun, 600 ton terpenuhi dari hasil impor dari Filipina. Denmark memerlukan 500 ton per tahun dan Inggris memerlukan 250 ton per tahun . data tersebut, menunjukkan bahwa VCO memiliki prospek yang baik, apalagi ditunjang dengan harga yang cukup tinggi. Di pasaran VCO dijual dengan harga antara Rp. 35.000 sampai Rp. 50.000 per 350 ml tergantung kandungan asam lauratnya.
Kedepannya melalui program agribisnis VCO yang mulai diperkenalkan kepada masyarakat dapat memberi peluang usaha dan memberi banyak manfaat khususnya bagi kesehatan.

Bagi masyarakat Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupan tradisional karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Arti penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan kelapa juga membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil samping yang sangat beragam. Sebagai sumber pendapatan usahatani perkebunan, kelapa berperan sangat besar karena mempunyai kemampuan berproduksi sepanjang tahun dan dapat dijual untuk me-menuhi kebutuhan keluarga petani.
Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi kelapa yang besar, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2017, pada 2016 sekitar 2,89 juta ton dengan luas areal kelapa 3.566.103 ha, sedangkan pada 2015 produksinya mencapai 2.92 juta ton, sementara luas arealnya sekitar 3.585.599 ha.. Hal tersebut membuktikan bahwa peluang pengembangan produk dari buah kelapa sangat potensial dengan tersedianya bahan baku yang cukup melimpah..
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi masih sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembang-kan antara lain virgin coconut oil (VCO), coconut milk/cream (CM/CC), activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut wood (CW) yang diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya 5-10 kali dibandingkan dengan hanya berproduksi secara tradisional seperti kelapa butir dan produk kopra.
Berangkat dari kondisi luasnya potensi pengembangan produk kelapa, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro (pendapatan petani, nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya semakin menuntut dukungan pengembangan industri kelapa. Daya saing produk kelapa pada saat ini tidak lagi tergantung pada produk primer semata seperti kopra, yang selama ini banyak diusahakan secara tradisional. Bahkan terlihat bahwa daya saing ekspor produk primer cenderung semakin menurun sampai biaya produksi lebih tinggi daripada nilai ekspornya. Profil usaha produk-produk akhir kelapa yang mulai berkembang saat ini antara lain nata de coco, serat, arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut. Potensi aneka produk tersebut menunjukkan kelayakan usaha kelapa yang cukup tinggi. Pada saat ini telah berkembang pula virgin coconut oil (VCO) yang merupakan produk makanan suplemen dan juga berfungsi sebagai obat.
VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan. Komponen utama dari VCO sekitar 92 persen adalah asam lemak jenuh, diantaranya asam laurat (48,74%), asam miristat (16,31%), asam kaprilat (10,91%), asam kaprat(8,10%) dan asam kaproat (1,25%).
Kelapa menjadi VCO dalam prospektif untuk peningkatan pendapatan petani kelapa sehingga memberi motivasi dan peluang usaha pengembangan industri rumah tangga. Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) terbuat dari daging kelapa segar yang diproses pada suhu relatif rendah. Daging buah diperas menjadi santan, kemudian diproses lebih lanjut melalui fermentasi, pendinginan, penambahan enzim, tekanan mekanis atau sentrifugasi. Hasilnya berupa minyak kelapa murni yang rasanya lembut dan bau khas kelapa yang unik. Apabila beku warnanya putih murni dan dalam keadaan cair tidak berwarna atau bening.
VCO mempunyai nilai tambah yang besar karena digunakan sebagai bahan baku berbagai produk seperti kosmetik, sabun, makanan dan obat-obatan. Permintaan VCO juga datang dari luar negeri. Kebutuhan Amerika sekitar 1000 ton per tahun, 600 ton terpenuhi dari hasil impor dari Filipina. Denmark memerlukan 500 ton per tahun dan Inggris memerlukan 250 ton per tahun . data tersebut, menunjukkan bahwa VCO memiliki prospek yang baik, apalagi ditunjang dengan harga yang cukup tinggi. Di pasaran VCO dijual dengan harga antara Rp. 35.000 sampai Rp. 50.000 per 350 ml tergantung kandungan asam lauratnya.
Kedepannya melalui program agribisnis VCO yang mulai diperkenalkan kepada masyarakat dapat memberi peluang usaha dan memberi banyak manfaat khususnya bagi kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heri Kurniawan

Revitalisasi perkebunan kakao Sulawesi Selatan