VCO peluang usaha profitabel untuk
masyarakat
Bagi
masyarakat Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupan tradisional karena
semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,
sosial dan budaya. Arti penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya
areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan
lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan kelapa juga membuka
tambahan kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil
samping yang sangat beragam. Sebagai sumber pendapatan usahatani perkebunan,
kelapa berperan sangat besar karena mempunyai kemampuan berproduksi sepanjang
tahun dan dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani.
Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi kelapa yang
besar, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2017, pada 2016 sekitar 2,89 juta
ton dengan luas areal kelapa 3.566.103 ha, sedangkan pada 2015 produksinya
mencapai 2.92 juta ton, sementara luas areal nya sekitar 3.585.599 ha.. Hal tersebut membuktikan bahwa peluang pengembangan produk dari
buah kelapa sangat potensial dengan tersedianya bahan baku yang cukup
melimpah..
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi
tinggi masih sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembang-kan antara
lain virgin coconut oil (VCO), coconut milk/cream (CM/CC), activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut
wood (CW) yang diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis
produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya 5-10 kali dibandingkan
dengan hanya berproduksi secara tradisional seperti kelapa butir dan produk
kopra.
Berangkat dari kondisi luasnya potensi pengembangan produk
kelapa, kemajuan ekonomi perkelapaan di
tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro (pendapatan petani,
nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya semakin menuntut
dukungan pengembangan industri kelapa. Daya saing produk kelapa pada saat ini
tidak lagi tergantung pada produk primer semata seperti kopra, yang selama ini
banyak diusahakan secara tradisional. Bahkan terlihat bahwa daya saing ekspor
produk primer cenderung semakin menurun sampai biaya produksi lebih tinggi
daripada nilai ekspornya. Profil usaha produk-produk akhir kelapa yang mulai
berkembang saat ini antara lain nata de
coco, serat, arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut. Potensi aneka produk tersebut menunjukkan
kelayakan usaha kelapa yang cukup tinggi. Pada saat ini telah berkembang pula virgin coconut oil (VCO) yang merupakan
produk makanan suplemen dan juga berfungsi sebagai obat.
VCO merupakan minyak kelapa
murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau
tanpa pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat
dipertahankan. Komponen utama dari VCO sekitar 92 persen adalah asam lemak
jenuh, diantaranya asam laurat (48,74%), asam miristat (16,31%), asam kaprilat
(10,91%), asam kaprat(8,10%) dan asam kaproat (1,25%).
Kelapa
menjadi VCO dalam prospektif untuk
peningkatan pendapatan petani kelapa sehingga memberi motivasi dan peluang
usaha pengembangan industri rumah tangga. Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) terbuat dari
daging kelapa segar yang diproses pada suhu relatif rendah. Daging buah diperas
menjadi santan, kemudian diproses lebih lanjut melalui fermentasi, pendinginan,
penambahan enzim, tekanan mekanis atau sentrifugasi. Hasilnya berupa minyak
kelapa murni yang rasanya lembut dan bau khas kelapa yang unik. Apabila beku
warnanya putih murni dan dalam keadaan cair tidak berwarna atau bening.
VCO mempunyai
nilai tambah yang besar karena digunakan sebagai bahan baku berbagai produk
seperti kosmetik, sabun, makanan dan obat-obatan. Permintaan VCO juga datang
dari luar negeri. Kebutuhan Amerika sekitar 1000 ton per tahun, 600 ton
terpenuhi dari hasil impor dari Filipina. Denmark memerlukan 500 ton per tahun
dan Inggris memerlukan 250 ton per tahun . data tersebut, menunjukkan bahwa VCO
memiliki prospek yang baik, apalagi ditunjang dengan harga yang cukup tinggi.
Di pasaran VCO dijual dengan harga antara Rp. 35.000 sampai Rp. 50.000 per 350
ml tergantung kandungan asam lauratnya.
Kedepannya melalui
program agribisnis VCO yang mulai diperkenalkan kepada masyarakat dapat memberi
peluang usaha dan memberi banyak manfaat khususnya bagi kesehatan.
Bagi masyarakat
Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupan tradisional karena semua
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan
budaya. Arti penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal
perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari
tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan kelapa juga membuka tambahan
kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil samping yang
sangat beragam. Sebagai sumber pendapatan usahatani perkebunan, kelapa berperan
sangat besar karena mempunyai kemampuan berproduksi sepanjang tahun dan dapat
dijual untuk me-menuhi kebutuhan keluarga petani.
Indonesia adalah
salah satu negara yang memproduksi kelapa yang besar, menurut Direktorat
Jenderal Perkebunan tahun 2017, pada 2016 sekitar 2,89 juta ton dengan luas
areal kelapa 3.566.103 ha, sedangkan pada 2015 produksinya mencapai 2.92 juta
ton, sementara luas arealnya sekitar 3.585.599 ha.. Hal tersebut membuktikan
bahwa peluang pengembangan produk dari buah kelapa sangat potensial dengan
tersedianya bahan baku yang cukup melimpah..
Peluang
pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi masih
sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembang-kan antara lain virgin
coconut oil (VCO), coconut milk/cream (CM/CC), activated carbon (AC), brown
sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut wood (CW) yang diusahakan secara
parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu
meningkatkan pendapatannya 5-10 kali dibandingkan dengan hanya berproduksi
secara tradisional seperti kelapa butir dan produk kopra.
Berangkat dari
kondisi luasnya potensi pengembangan produk kelapa, kemajuan ekonomi
perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro
(pendapatan petani, nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya
semakin menuntut dukungan pengembangan industri kelapa. Daya saing produk
kelapa pada saat ini tidak lagi tergantung pada produk primer semata seperti
kopra, yang selama ini banyak diusahakan secara tradisional. Bahkan terlihat
bahwa daya saing ekspor produk primer cenderung semakin menurun sampai biaya
produksi lebih tinggi daripada nilai ekspornya. Profil usaha produk-produk
akhir kelapa yang mulai berkembang saat ini antara lain nata de coco, serat,
arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut. Potensi aneka produk
tersebut menunjukkan kelayakan usaha kelapa yang cukup tinggi. Pada saat ini
telah berkembang pula virgin coconut oil (VCO) yang merupakan produk makanan
suplemen dan juga berfungsi sebagai obat.
VCO merupakan
minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah dalam
suhu rendah atau tanpa pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak
tetap dapat dipertahankan. Komponen utama dari VCO sekitar 92 persen adalah
asam lemak jenuh, diantaranya asam laurat (48,74%), asam miristat (16,31%),
asam kaprilat (10,91%), asam kaprat(8,10%) dan asam kaproat (1,25%).
Kelapa menjadi VCO
dalam prospektif untuk peningkatan pendapatan petani kelapa sehingga memberi
motivasi dan peluang usaha pengembangan industri rumah tangga. Minyak kelapa
murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) terbuat dari daging kelapa segar yang diproses
pada suhu relatif rendah. Daging buah diperas menjadi santan, kemudian diproses
lebih lanjut melalui fermentasi, pendinginan, penambahan enzim, tekanan mekanis
atau sentrifugasi. Hasilnya berupa minyak kelapa murni yang rasanya lembut dan
bau khas kelapa yang unik. Apabila beku warnanya putih murni dan dalam keadaan
cair tidak berwarna atau bening.
VCO mempunyai
nilai tambah yang besar karena digunakan sebagai bahan baku berbagai produk
seperti kosmetik, sabun, makanan dan obat-obatan. Permintaan VCO juga datang
dari luar negeri. Kebutuhan Amerika sekitar 1000 ton per tahun, 600 ton
terpenuhi dari hasil impor dari Filipina. Denmark memerlukan 500 ton per tahun
dan Inggris memerlukan 250 ton per tahun . data tersebut, menunjukkan bahwa VCO
memiliki prospek yang baik, apalagi ditunjang dengan harga yang cukup tinggi.
Di pasaran VCO dijual dengan harga antara Rp. 35.000 sampai Rp. 50.000 per 350
ml tergantung kandungan asam lauratnya.
Kedepannya melalui
program agribisnis VCO yang mulai diperkenalkan kepada masyarakat dapat memberi
peluang usaha dan memberi banyak manfaat khususnya bagi kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar