Minggu, 10 November 2019

Pantaskah Gandum dibudidayakan di Indonesia???



Pantaskah Gandum dibudidayakan di Indonesia???

Era globalisasi yang melanda seluruh belahan bumi turut mempengaruhi perubahan pola makan masyarakat, termasuk di Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia, terutama di perkotaan, tidak hanya tergantung pada beras sebagai makanan pokok tapi sebagian sudah menggantinya dengan roti atau mie instan yang umumnya terbuat dari tepung terigu. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri karena tepung terigu terbuat dari gandum yang pada umumnya ditanam di daerah subtropis, sehingga hampir seluruh kebutuhan tepung terigu dipenuhi dengan mengimpor gandum dari negara lain. Prof Irfan Suliansyah mengatakan gandum pantas menjadi komoditas pangan strategis Indonesia antara lain karena jumlah konsumsi yang terus meningkat. “Kebutuhan tepung gandum masyarakat Indonesia yang meningkat menjadikan jenis sereal ini sangat cocok untuk dikembangkan menjadi komoditas pangan andalan Indonesia, Dia menyebutkan saat ini konsumsi gandum Indonesia mencapai 22 kilogram per kapita per tahun. Jumlah itu, katanya, meningkat lebih dari 500 persen dibanding 30 tahun lalu, dengan besarnya konsumsi tersebut memerlukan pasokan gandum dalam jumlah besar. Hal itu tentu saja menguras devisa negara dan membuat tingkat ketergantungan kita terhadap negara lain menjadi lebih tinggi.
Guna mengurangi impor gandum, perlu diupayakan pengembangan budidaya gandum di Indonesia untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan gandum yang akan diproses menjadi tepung terigu. Selama ini tanaman gandum di Indonesia hanya ditanam dalam skala yang kecil untuk konsumsi sendiri. Badan Litbang Pertanian telah melakukan beberapa penelitian yang menghasilkan beberapa varietas gandum yang bisa dan cocok untuk ditanam di Indonesia
Fakta tersebut sudah jelas namun apakah pantas lahan pertanian Indonesia ditanami gandum, yang persyaratan lahannya jelas tidak sesuai dengan daerah asal gandum yakni daerah subtropis. Sebagai tanaman baru yang dikembangkan di Indonesia, petani masih awam dengan gandum bahkan cenderung terjadi penolakan ketika ada sosialisasi dan uji coba penanaman gandum. Petani lebih memilih untuk mengembangkan hortikultura yang dinilai lebih menguntungkan dibanding menanam gandum yang prospek pemasarannya masih kurang dan tidak jelas.
 Beberapa lembaga penelitian telah melaksanakan beberapa penelitian untuk mengembangkan gandum yang sesuai untuk dataran rendah dan menengah (50-500 mdpl) hal ini tentu saja untuk memperluas lokasi yang sesuai untuk mengembangkan gandum. Saat ini telah ada beberapa varietas yang telah dilepas oleh Litbang Pertanian misalnya saja Dewata, Munal, Selayar, dan Nias yang membuktikan produksi yang dihasilkan cukup tinggi dan sesuai dengan beberapa daerah di Indonesia yang telah di uji cobakan terhadap beberapa varietas tersebut. Genotipe baru pengembangan dari varietas terdahulu tiap saat selalu dikembangkan melalui berbagai metode hingga benar-benar dapat dihasilkan varietas yang diharapkan yakni gandum yang sesuai untuk wilayah Indonesia dan berproduksi baik sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan impor dari luar negeri.



diolah dari berbagai sumber tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heri Kurniawan

Revitalisasi perkebunan kakao Sulawesi Selatan