Pantaskah
Gandum dibudidayakan di Indonesia???
Era
globalisasi yang melanda seluruh belahan bumi turut mempengaruhi perubahan pola
makan masyarakat, termasuk di Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia, terutama
di perkotaan, tidak hanya tergantung pada beras sebagai makanan pokok tapi
sebagian sudah menggantinya dengan roti atau mie instan yang umumnya terbuat
dari tepung terigu. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri karena tepung terigu
terbuat dari gandum yang pada umumnya ditanam di daerah subtropis, sehingga
hampir seluruh kebutuhan tepung terigu dipenuhi dengan mengimpor gandum dari
negara lain. Prof Irfan Suliansyah mengatakan gandum pantas menjadi komoditas
pangan strategis Indonesia antara lain karena jumlah konsumsi yang terus
meningkat. “Kebutuhan tepung gandum masyarakat Indonesia yang meningkat
menjadikan jenis sereal ini sangat cocok untuk dikembangkan menjadi komoditas
pangan andalan Indonesia, Dia menyebutkan saat ini konsumsi gandum
Indonesia mencapai 22 kilogram per kapita per tahun. Jumlah itu, katanya,
meningkat lebih dari 500 persen dibanding 30 tahun lalu, dengan besarnya
konsumsi tersebut memerlukan pasokan gandum dalam jumlah besar. Hal itu tentu
saja menguras devisa negara dan membuat tingkat ketergantungan kita terhadap
negara lain menjadi lebih tinggi.
Guna
mengurangi impor gandum, perlu diupayakan pengembangan budidaya gandum di
Indonesia untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan gandum yang akan diproses
menjadi tepung terigu. Selama ini tanaman gandum di Indonesia hanya ditanam dalam
skala yang kecil untuk konsumsi sendiri. Badan Litbang Pertanian telah
melakukan beberapa penelitian yang menghasilkan beberapa varietas gandum yang
bisa dan cocok untuk ditanam di Indonesia
Fakta
tersebut sudah jelas namun apakah pantas lahan pertanian Indonesia ditanami
gandum, yang persyaratan lahannya jelas tidak sesuai dengan daerah asal gandum
yakni daerah subtropis. Sebagai tanaman baru yang dikembangkan di Indonesia,
petani masih awam dengan gandum bahkan cenderung terjadi penolakan ketika ada sosialisasi
dan uji coba penanaman gandum. Petani lebih memilih untuk mengembangkan
hortikultura yang dinilai lebih menguntungkan dibanding menanam gandum yang
prospek pemasarannya masih kurang dan tidak jelas.
Beberapa lembaga penelitian telah melaksanakan
beberapa penelitian untuk mengembangkan gandum yang sesuai untuk dataran rendah
dan menengah (50-500 mdpl) hal ini tentu saja untuk memperluas lokasi yang
sesuai untuk mengembangkan gandum. Saat ini telah ada beberapa varietas yang
telah dilepas oleh Litbang Pertanian misalnya saja Dewata, Munal, Selayar, dan
Nias yang membuktikan produksi yang dihasilkan cukup tinggi dan sesuai dengan
beberapa daerah di Indonesia yang telah di uji cobakan terhadap beberapa
varietas tersebut. Genotipe baru pengembangan dari varietas terdahulu tiap saat
selalu dikembangkan melalui berbagai metode hingga benar-benar dapat dihasilkan
varietas yang diharapkan yakni gandum yang sesuai untuk wilayah Indonesia dan
berproduksi baik sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan impor dari luar
negeri.
diolah dari berbagai sumber tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar