Sabtu, 11 Desember 2021

Belajar Budaya Luar Melalui Sosial Media

Libur kuliah kali ini bertepatan dengan momen libur lebaran di mana ada kesempatan cuti selama 3 pekan di kampung, saya manfaatkan dengan sederet aktivitas mulai dari rencana khatam Qur’an, panen di kebun,  mengunjungi keluarga, puasa syawal, dan menulis. Meski aktivitas cukup padat satu persatu rencana tersebut saya laksanakan dan berjalan lancar. Namun tiba pada rencana untuk membuat tulisan, bingung belum ada rencana akan membuat tulisan seperti apa dan bentuknya bagaimana. Tiba-tiba di sore hari saat menunggu berbuka puasa di televisi ada acara mengenai ragam tradisi dan budaya dari berbagai belahan dunia mengenai aktivitas Ramadhan di berbagai negara, mulai yang memang memiliki mayoritas muslim hingga negara yang minoritas bahkan negara yang tengah dilanda konflik. Tak putus akal  tiba-tiba sebuah ide muncul untuk menuliskan cerita dari berbagai orang di berbagai belahan dunia dengan mengetahui sendiri dari cerita mereka tentang perayaan hari raya idul fitri kali ini caranya adalah dengan memanfaatkan media sosial yakni dengan menghubunginya langsung baik melalui facebook, Messenger, dan Instagram.

Satu persatu saya mencari akun seseorang yang mungkin bisa berbagi cerita hari raya di negaranya masing-masing, cukup banyak yang menanggapi namun tak sedikit pula yang mengabaikan pesan saya dan ingin berbagi cerita mungkin disangkanya saya hanyalah orang yang ingin mencari kenalan dan berbasa basi dengan mengajak ngobrol.  Untunglah diantara banyaknya orang yang saya ajak chating ada beberapa yang justru sangat aktif menanggapi setiap pertanyaan saya meskipun dengan bahasa inggris yang pas-pasan dan terbata-bata juga dengan berbekal bahasa melayu dari kartun upin dan ipin. Saya beruntung bisa mendapatkan teman dunia maya yang sangat baik mereka berasal dari berbagai negara mereka diantaranya dalah Madihah Mapa seorang mahasiswi dari Prince of Songkla University, Thailand namun saat ini dia tengah mengikuti program pertukaran pelajar di universitas kebangsaan Malaysia ia menceritakan pengalaman pertamanya berada di luar negeri melaksanakan bulan ramadhan jauh dari keluarganya di Pattani, meskipun ia keturunan melayu namun ada sedikit rasa canggung berada di negeri jiran tersebut apalagi ia terbiasa menggunakan bahasa . Ia berlebaran di Johor bersama mahasiswa pertukaran pelajar lain, ia bercerita tentang banyak masakan yang ia santap sangat nikmat dan merupakan masakan khas masyarakat melayu. Ia juga memposting beberapa gambar aktivitasnya di sana saat makan bersama saat dikunjungi oleh kawan-kawannya dan saat ia berkeliling menikmati indahnya kota Johor.

Lain lagi  dengan Amira Uzma yahya seorang gadis muda dari sabah, Malaysia. Percakapan dengannya cukup menarik, bukan hanya saya yang selalu bertanya namun umpan balik darinya cukup sering pula ia juga cukup tertarik tentang Indonesia dengan berbagai pertanyaannya yang satu persatu saya jawab. Kembali ke Amira, ia menceritakan bagaimana ramainya toko ia menyebutnya kedai ia berbelanja keperluan lebaran disana bersama keluarganya. Saat lebaran tiba ia membagikan gambar bersama abang-abangnya dengan pakaian khas melayu yang seragam. ia juga memberi keterangan satu persatu makanan yang ia bagikan seperti ketupat, rendang, ayam masak lengkuas, dan kelupis yang merupakan masakan tradisional sabah-brunei, dan tidak lupa burasa. Yah burasa katanya disana banyak orang bugis jadi sudah biasa orang melayu buat burasa untuk makanan hari raya.

Berbeda dengan Mukesh Meghwar seorang sarjana muda Matematika dari University of Sindh , Pakistan. Ia seorang penganut Hindu namun ia juga turut senang dengan perayaan hari raya Lebaran disana dengan ucapan selamat hari raya menggunakan bahasa pakistan “Eid Mobarh Bhae”.

Adapula Jazaiym Jumabekovna, ia juga seorang sarjana dari Osh State University,faculty foreign Languanges, di Kyrgyztan. Dia adalah seorang muslimah yang cantik ditambah dengan hijab yang ia gunakan di profil picture yang ia gunakan. Cukup lama ia membalas `setiap pertanyaan yang saya ajukan mungkin karena bahasa inggris saya yang kurang baik atau mungkin ia punya kesibukan yang lain, namun ia menjelaskan sedikit bahwa mereka biasanya makan bersama dan saling mengunjungi

Cerita mengejutkan dari Ah Mey dari Kamboja ia menceritakan bahwa ia tahu ada muslim di kamboja namun tidak dibiarkan untuk melaksanakan perayaan hari raya lebaran. Konflik antar agama ditakutkan akan kembali memanas jika orang muslim yang minoritas disana melakukan perayaan.

Adapula Yiwen Gong dari China ia baru saja lulus dari Dalian University  of Technology, ia adalah seorang sarjana Ilmu Komputer. Karena saya tahu ia tidak merayakan lebaran maka saya lebih banyak bertanya mengenai China dan kehidupan mahasiswa disana.

Senang sekali memiliki banyak kenalan dari berbagai suku-bangsa yang berbeda, banyak pengetahuan baru dari negara asal mereka yang sangat jauh dari budaya keseharian sebagai warga Indonesia. Tentu saja hal ini membuat rasa ingin tahu semakin besar dan terpacu suatu saat dapat menginjakkan kaki langsung di tanah kelahiran teman online saya itu.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heri Kurniawan

Revitalisasi perkebunan kakao Sulawesi Selatan