Rabu, 30 Oktober 2019

Paradigma Pengembangan SDM Pertanian Indonesia


Paradigma Pengembangan SDM Pertanian Indonesia

Bangsa yang dapat berdiri dengan kakinya sendiri merupakan bangsa yang besar. Bangsa yang besar salah satunya dapat dilihat dari tersedianya pangan untuk rakyatnya” A. Amran Sulaiman, Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Pendahuluan
Pertanian merupakan sektor paling penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pertanian berperan strategis bagi kehidupan bangsa. Kondisi yang ini secara keseluruhan tidak dapat digantikan oleh sektor lainnya. pertanian memberikan sumbangan sekitar 14,72% terhadap PDB. Proses dan dinamika pertanian juga mampu menghasilkan US $ 43,37 M devisa Negara. Kondisi ini menggambarkan bahwa sektor pertanian memiliki peran signifikan dalam perekonomian nasional.
Peran strategis pertanian memberikan sinyal bahwa peran-peran penting tersebut tidak dapat digantikan oleh sektor lainnya. Ketetapan tersebut, tentu dapat diupayakan apabila kondisi atau faktor-faktor penyokong tersebut antara lain adalah SDM pertanian sebagai kelompok pengelola dari “organisasi” pertanian. Isu-isu terkait pangan pada masa depan akan menjadi isu penting dan masuk dalam ranah yang berpotensi menjadi sumber konflik. Kondisi ini didasarkan pada fakta bahwa ketersediaan pangan dan jumlah kebutuhan terhadap pangan tidaklah sebanding. Dalam konteks ketersediaan pangan aspek aspek terhadap kemampuan produksi dianggap lemah, sedangkan kebutuhan pasokan atau permintaan dari waktu ke waktu terus meningkat.
Salah satu faktor penting bagi upaya Indonesia mewujudkan program ketahanan pangan, adalah program pemerintah untuk menyiapkan SDM yang memenuhi standar kebutuhan sektor pertanian. SDM yang tepat yang dibutuhkan adalah sesuai dengan kebutuhan dalam rangka memenuhi upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam memenuhi ekspektasi daya saing yang tepat. Dalam konteks ini para pelaku atau SDM yang tepat sangat diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pertanian yang sesuai. SDM pertanian yang tangguh, akan memberikan peran yang sesuai dengan kondisi persaiangan saat ini. SDM yang memiliki kompetensi tentu memberikan kontribusi pada kemajuan usaha tani. Kesiapan, kualifikasi dan kompetensi yang memadai sebagai SDM usaha tani akan berontribusi dalam produktivitas, daya adaptasi dan keberlanjutan usahatani. Apabila kondisi atau situasi peran SDM pertanian dapat diselenggarakan, maka berdampak pada signifi kan dalam memfasilitasi upaya mewujudkan ketahanan pangan.
Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan sangat penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik.
Subsektor Tanaman Pangan terlihat mendominasi usaha pertanian di Indonesia. Sensus Pertanian tahun 2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Indonesia adalah di Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Peternakan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah sebanyak 17,73 juta rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan adalah sebanyak 12,97 juta rumah tangga. Apabila dilihat dari perspektif kepentinganngannya pada jumlah tenaga kerja, maka pertanian menyerap sekiar 33,32% total tenaga kerja. Kondisi lainnya adalah bahwa pada rumah tangga pedesaan bergantung sekitar 70% dari sektor pertanian sebagai sumber utama pendapatan. Dalam konteks ketenagakerjaan, maka pertanian memiliki peran vital dalam menutup lubang pengangguran terbuka yang semakin besar. Kondisi tersebut memberikan klarifikasi bahwa pertanian menjadi faktor penutup bagi potensi pengangguran yang ada. Terdapat fakta bahwa pertanian adalah suatu keniscayaan bagi keberlanjutan kehidupan manusia, dalam konteks penyediaan pangan.
Sisi lain pertanian adalah sektor ini memiliki peran yang penting dalam upaya mencegah atau menyelesaikan masalah lingkungan. Sebagai bidang yang bersandar dari proses alamiah sebagaimana yang diungkapkan oleh Bappenas, maka pertanian memiliki peran dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 8 juta ton. Peran terhadap upaya menjaga kelestarian amat vital di tengah semakin meningkatnya persoalan-persoalan lingkungan dewasa ini.
Sumber daya manusia petani Indonesia masih kurang mutunya. Hal ini menyebabkan  kemajuan bidang pertanian seakan tersendat bahkan tampak seperti jalan di tempat. Karena itu adalah kurang  bijaksana kalau pada saat ini petani diajukan untuk berkompetisi dengan dengan petani negara lain yang lebih siap SDM-nya. Globalisasi memang tidak dapat dihindari namun perlu dinegosiasikan menurut kesiapan petani untuk menghadapinya. Untuk itu pemerintah harus lebih berpihak kepada para petani sehingga dalam kompetisi global nantinya tidak mejadi korban dalam persaingan tersebut. Untuk itu sangat diperlukan waktu untuk meng-upgrade petani dengan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan di segala bidang. Menurut mantan menteri pertanian Suwono dalam harian Kompas pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM setiap sektor pertanian dengan fokus pada peningkatan kemampuan penguasaan teknologi, kewirausahaan, dan manajemen usaha tani melalui sistem pendidikan dan pendampingan. Perubahan mind-set dengan pendidikan merupakan langkah yang harus dilakukan secara sistematik, fokus perubahan mind-set tersebut perlu ditujukan kepada para pengambil keputusan dan generasi mendatang.
Paradigma Pertanian untuk Pembangunan (Agriculture for Development) yang menyatakan rencana pembangunan perekonomian nasional disusun dan dilaksanakan berdasarkan tahapan pembangunan pertanian yang lebih rasional. Dalam hal ini sektor pertanian dijadikan sebagai motor penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh dengan cakupan transformasi demografi, ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan tatakelola pembangunan. Paradigma pembangunan pertanian diperlukan mengingat sektor pertanian perlu didukung oleh berbagai sektor dan pendekatan pembangunan karena isu-isu pertanian memiliki skala kepentingan yang luas dan tinggi. Sektor pertanian memerlukan keberpihakan yang tinggi karena sektor ini adalah leading sektor untuk ketahanan pangan, bersifat multifungsi termasuk menyelesaikan persoalanpersoalan lingkungan dan sosial (kemiskinan, keadilan, dan lain-lain). Penempatan kedudukan yang tepat sektor pertanian dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia yang Bermartabat, Mandiri, Maju, Adil Dan Makmur.
Keberdayaan petani juga hanya dapat dilakukan bila para petani tidak secara terus menerus menampung tenaga kerja yang saat ini berlebih, jumlah petani yang berlebih menjadi salah satu masalah, sehingga usaha pengurangan tenaga pertanian harus menjadi agenda bersama untuk memberdayakan petani, dan dikaitkan dengan strategi industralisasi serta kebijakan di luar pertanian. Peningktan daya saing produk menjadi keharusan melalui efisiensi, produktifitas, mutu, dan layanan kepada SDM pertanian pengembangan agroindustri pedesaan ini juga menjadi bagian dari pemberdayaan petani, termasuk memberi kesempatan kerja dan berusaha di luar pertanian yang lebih mudah dimasuki tenaga kerja pertanian seperti yang dikemukakan para ahli bahwa kinerja daya saing di akhir membutuhkan pendekatan kesisteman, dalam hal ini aktivitas agroindustri dan agroservice akan sangat menentukan kemampuan pertanian memenuhi dinamika kebutuhan konsumen.
Kesimpulan
Regenerasi SDM pertanian merupakan usaha membangkitkan semangat agriculture proudness yakni semangat dan jiwa yang mengarah pada kecintaan terhadap pertanian dan profesi petani. Hal tersebut dapat dilakukan sejak dini dari setiap pendidikan mulai dari jenjang sekolah hingga perguruan tinggi. Sistem pendidikan pertanian harus mampu menghasilkan generasi pertanian yang mempunyai keunggulan karakter dalam bertindak, terutama karakter yang responsif terhadap fenomena sosial pertanian yang sedang berkembang di masyarakat petani. Dengan bekal karakter yang responsif maka generasi penerus tersebut harus mampu menindak lanjuti masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat petani. Sehingga cita-cita mewujudkan sumber daya manusia pertanian yang unggul dapat tercapai dalam beberapa tahun kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap). Badan Pusat statistik nasional. Jakarta.
Bappenas, 2009. Grand Strategi Keamanan Nasional. Bppenas, Jakarta.
Kompas. 2009. Daya Saing SDM Pertanian Indonesia pada Era MEA
            http://tabloidsinartani.com/content/read/daya-saing-sdm-pertanian-indonesia-pada-era-mea/. Diakses pada hari selasa 21 februari 2017.
Krisnamurthi, Bayu. 2006. Revitalisasi Pertanian Dan Dialog Peradaban : Revitalisasi Pertanian Sebuah Konsekuensi Sejarah Dan Tuntunan Masa Depan. Jakarta: Kompas.
Luckey, AN., TP. Murphrey, RL. Cummins. 2013. Assessing Youth Perceptions and Knowledge of Agriculture: The Impact of Participating in an AgVenture Program. Journal of Extention (JoE). Volume 51, Number 3: 2. Diakses pada 2 Maret 2009) dari www.joe.org.
Simatupang, P., 2013. Industralisasi Pertanian Sebagai Strategi Pertanian Dan Pembangunan Pertanian Dalam Era Globalisasi, Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan litbang, dep. Pertanian, Bogor.
Sumeru Ashari. 2006. Revitalisasi Pertanian Dan Dialog Peradaban : Peran Pendidikan Dalam Revitalisasi Pertanian. Jakarta: Kompas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heri Kurniawan

Revitalisasi perkebunan kakao Sulawesi Selatan