PERMASALAHAN SUNGAI DI INDONESIA
Di
dalam Pasal 15 Undang Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
dijelaskan bahwa wewenang dan tanggung jawab menetapkan dan mengelola kawasan
lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten dan kota berada di
tangan pemerintah provinsi Dinas Pengelola Sumber Daya Air (DPSDA) setempat.
Pengelolaan sumber daya air secara terpadu, khususnya untuk pertanian, perlu
menggunakan pendekatan watershed management yang menjangkau cakupan DAS
mulai dari bagian hulu hingga bagian hilir.
Permasalahan
aktual yang saat ini dihadapi seperti perubahan fungsi lahan di kawasan hulu
DAS, yakni dari hutan menjadi lahan pertanian budi daya. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya fungsi resapan air, meningkatnya perbedaan debit maksimum-minimum,
erosi, dan juga sedimentasi. Tapi permasalahan yang lebih mendasar belum
melembaganya pengelolaan sungai secara terpadu yang mestinya tertuang dalam
pola tata ruang yang disepakati.
Air
sebagai sumber daya yang penting bagi kehidupan semakin diperebutkan oleh
berbagai kelompok pengguna. Kerawanan sumber daya air mewujud pada ketimpangan
antara ketersediaan yang semakin tidak sepadan dengan kebutuhan. Persoalan ini
terjadi pada sisi mutu, temporal,maupun spasial. Apa yang kita hadapi saat ini
adalah implikasi dari lemahnya pengelolaan sumberdaya air. Ketidaksepadanan
pengelolaan hulu dan hilir sungai telah menyebabkan kemunduran kondisi daerah
aliran sungai (DAS).
Permaslahan –
permasalahan sungai
1. Pencemaran sungai
Pencemaran
sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri,
limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat
dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan
manusia.
Dampak pencemaran
sungai
Pencemaran air dapat berdampak
sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi
penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan
akibat hujan asam dsb.
2. Erosi
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau
lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan
organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis
batuan di dinding-dinding lembah. Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi
yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang
menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur
tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi
di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta
letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah
dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang
gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi
juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
3. pendangkalan
atau sedimentasi
Secara
umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya pengendapan partikel
padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan sungai (meander),
waduk atau dam, ataupun muara sungai. Partikel ini bisa berupa padatan besar,
seperti sampah, ranting, dan lainnya. Namun, sumber utama partikel ini biasanya
berupa partikel tanah sebagai akibat dari erosi yang berlebihan di daerah hulu
sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan
melarutkannya yang kemudian akan terbawa ke sungai. Proses transportasi
partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel yang terbawa ini
biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi di dasar sungai.
4. Alih Fungsi
Bantaran Sungai
Di
kawasan perkotaan, kebutuhan akan tempat tinggal menjadi sebuah hal yang sangat
sulit untuk diperoleh, selain karena harga yang mahal ketersediaan lahan juga
menjadi permasalahan yang masih sulit untuk dipenuhi. Akibat hal tersebut
masyarakat yang memiliki kemampuan kecil dan tidak sanggup memiliki sebidang
tanah untuk tempat tinggal, sehingga pilihan mendirikan tempat tinggal di
bantaran sungai menjadi satu-satunya pilihan karena tidak perlu membeli dan
untuk mendirikannya tidak terlalu sulit. Padahal mendirikan bangunan, di
pinggiran sungai memiliki resiko yang cukup besar selain membuat sungai menjadi
sempit dan dangkal juga dapat membahayakan ketika air meluap yang dapat
menyebabkan banjir, dari segi estetika pemandangan hunian bantaran sungai
menyebabkan pandangan kurang enak karena identik dengan kekumuhan, tercemar,
dan kurang sehat.
Penyebab Degradasi Kondisi Das
1.
Keadaan alam geomorfologi (geologi,
tanah, dan topografi) yang rentan terjadi erosi, banjir, tanah longsor dan
kekeringan (kemampuan lahan/daya dukung wilayah)
2.
Iklim/curah hujan tinggi yang
potensial menimbulkan daya merusak lahan/ tanah (erosivitas tinggi)
3.
Aktivitas manusia ( Penebangan hutan
ilegal/pencurian kayu hutan, Kebakaran hutan, Perambahan hutan, Eksploitasi
hutan dan lahan berlebihan ( HPH, tambang,kebun, industri, permukiman,
jalan, pertanian dll.), Penggunaan / pemanfaatan lahan tidak menerapkan kaidah
konservasi tanah dan air)
Referensi
http://www.bpdas-pemalijratun.net/index.php/12-referensi/pengelolaan-das/50-permasalahan-pengelolaan-das
http://www.bimbie.com/masalah-sungai.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar